ANALISA
UKURAN BULIR MINERAL MAGNETIK PADA LINDI
TPA
SAMPAH KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA ANHYSTERETIC
REMANENT MAGNETIZATION (ARM)
ARTIKEL E-JOURNAL
RISALDI
PUTRA
NIM.
1101450 / 2011
PROGRAM
STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2015
ANALISA UKURAN BULIR MINERAL MAGNETIK PADA LINDI TPA SAMPAH KOTA PADANG
MENGGUNAKAN METODA ANHYSTERETIC
REMANENT MAGNETIZATION (ARM)
|
|
Risaldi Putra*), Mahrizal**), Fatni Mufit**)
|
*)
Mahasiswa Fisika, FMIPA Universitas
Negeri Padang
|
**)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
|
email: Risaldiputra@gmail.com
|
|
ABSTRACT
|
Padang city has landfill located in Air
Dingin Village
Balai Gadang Koto Tangah Subdistrict
of Padang. This landfill has some leachates
that assumed there is seepage from leachate pond to the river and
drain. The results observation present that the river is decomposed and its
color is changed so it obliged to research about Pollutants of Landfill
(TPA) Padang City Mineral Magnetic Basis. The purpose of the research is to
determinate grain size and mineral magnetic domain in Leachates of Landfill
(TPA) Padang City by using ARM (Anhysteretic Remanent Magnetization) Method.
The samples research were 6 samples that taken from leachate pond, the river,
and drain at landfill (TPA) area. Measuring instruments that utilized were
Ekman Grab,
Susceptibility Meter, Molsfin AF demagnetizer, PARM ( Partial Anhysteretic
Remanent Magnetization) and Minispin Magnetometer. The data collection was
analyzed by plotting the correlation between relative intensity (I/Io) and
magnetic field by using Lowrie and Fuller Kurve Test as comparative kurve
for measuring grain size and magnetic domain. The research results showed that grain
size of leachate pond sample is about 6 μm up to 135 μm, whereas grain size
of river and drain samples are about 110 μm up to 135 μm. Magnetic domain
sample was obtained of the research result is pseudo single domain (PSD) and
multi domain (MD). Grain size was obtained from river and drain sample
bigger than grain size of leachate pond sample. Mineral magnetic of leachate
pond is more disposed to PSD whereas mineral magnetic of river and drain is
more disposed to MD. Based on the
results, the river and drain samples are expected that it has contaminated
mineral magnetic of leachate pond (anthropogenic).
|
|
Keywords : Grain Size, Magnetic Domain,
Mineral Magnetic, Leachate, ARM.
|
|
|
PENDAHULUAN
Permasalahan yang sangat
umum di kota besar yaitu masalah tata ruang kota
dan masalah sampah perkotaan. Masalah sampah merupakan masalah yang paling
serius yang harus dikaji ulang agar dapat mencegah dampak buruk yang
ditimbulkan sampah tersebut. Aktifitas rumah tangga dan sampah dapat
menghasilkan berbagai jenis mineral-mineral magnetik bagi
lingkungan. Mineral-mineral magnetik ini
berasal dari cairan hasil dekomposisi materi sampah atau sering juga dikenal
dengan lindi (leachate)[1].
Pengelolaaan akhir sampah biasanya dilakukan di suatu tempat yang dinamakan
dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA Sampah Air Dingin Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah
merupakan tempat pembuangan akhir sampah kota Padang. TPA yang berjarak ± 17
km dari pusat kota dengan luas areal 30 ha ini telah beroperasi sejak tahun
1989. Pada awal beroperasinya TPA ini menggunakan sistem open dumping dalam
menangani sampah di TPA.
Selama tahun
1993-1996 di TPA ini beralih
menggunakan sistem sanitary landfill yang telah dilengkapi oleh saluran lindi. Sanitary
landfill adalah sistem pengolahan sampah yang mengembangkan lahan
cekungan dengan syarat tertentu yaitu jenis dan porositas tanah, dimana pada
dasar cekungan dilapisi Geotekstil untuk menahan peresapan lindi pada tanah. Namun selanjutnya pada tahun 1996
sampai sekarang TPA Air Dingin Kota Padang kembali mengolah sampah secara open dumping karena alasan biaya.
Pada TPA Sampah
Kota padang ini terdapat 8 kolam lindi yang digunakan untuk menampung cairan
lindi yang dihasilkan oleh sampah. Kolam lindi ini terdiri dari kolam 1 sampai kolam 6 yang dilapisi dengan beton dan kolam 7 sampai kolam 8yang tidak dilapisi oleh beton. Aliran
lindi dari kolam 8 ini berakhir ke aliran sungai. Diduga
pada TPA Air Dingin ini terjadi rembesan lindi ke daerah
aliran sungai. Hasil
pengamatan yang dilakukan di aliran sungai menunjukkan bahwa sungai berbau dan
warnanya berubah. Hal ini dapat
mencemari lingkungan dan membahayakan
kesehatan masyarakat sekitar TPA.
Lindi merupakan
cairan pekat yang berasal dari TPA sampah dan
berbahaya terhadap lingkungan. Cairan ini berasal dari proses percampuran
dari air hujan yang masuk ke dalam tumpukan sampah, sehingga
bahan-bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Tingginya
kadar COD dan ammonia pada lindi
(bisa mencapai ribuan mg/L), sehingga pengolahan lindi tidak boleh dilakukan
sembarangan. Lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit
didegradasi, yang mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul) dan bahan
organik sintetik[2].
Gambar 1. Skema Proses Terjadinya Lindi[3].
Lindi dapat melarutkan batuan karena kadar
organik yang tinggi sehingga mampu melunakkan batuan. Dengan sifat seperti itu,
lindi dapat melarutkan seluruh materi sampah baik organik maupun anorganik.
Sejalan dengan proses ini, mineral-mineral magnetik yang terkandung dalam
sampah akan terlepas kemudian di pindahkan
ke kolam penampungan bersama lindi[4]. Mineral magnetik
berasosiasi dengan logam berat dan tampak bahwa mineral magnetik dan logam
berat berada bersama-sama. Hubungan antara mineral magnetik dan logam berat
terjadi melalui masuknya atau terasobsinya logam berat dalam bulir-bulir
magnetik[5].
Salah satu
jenis logam yang ada dalam lindi dapat berupa logam berat seperti timbal (Pb)
dan Kadmium (Cd). Kandungan logam
berat ini mengalir bersama lindi dan masuk ke dalam sistem perairan Sungai.
Pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industri juga mengandung logam berat
misalnya As, Cd, Pb, dan Hg dapat berakumulasi dalam tanaman misalnya padi,
rumput, sayuran, dan jenis tanaman lain yang digunakan makanan ternak. Semua
logam berat dapat dikatakan sebagai bahan beracun yang akan meracuni makhluk
hidup. Sebagai contoh
logam berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr).
Mineral magnetik dan
logam berat berasal sumber-sumber yang bersifat anthropogenic seperti sampah
rumah tangga dan aktifitas lalu lintas. Mineral magnetik juga berasosiasi
dengan logam berat dan tampak bahwa mineral magnetik dan logam berat berada
bersama-sama[1].
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat magnetik yang terdapat pada suatu pencemar dengan mengidentifikasi bentuk dan ukuran bulir (grain sizes and shapes) dari mineral tersebut. Bentuk dan
ukuran bulir juga mempengaruhi sifat magnetik dari suatu pencemar.
Bulir magnetik
yang berukuran besar (besar dari 10μm)
biasanya bersifat domain jamak (multi-domain)
sedangkan bulir magnetik yang berukuran lebih kecil biasanya bersifat domain
tunggal (single domain) dan domain
tunggal semu (pseudosingle-domain). Single domain (SD) adalah domain tunggal
yang mempunyai ukuran bulir 0.1-1 μm yang momen
magnetiknya searah . Multi Domain
(MD) adalah domain magnetik yang memiliki banyak
ruang dan banyak pola arah medan magnetik yang berbeda dalam tiap ruang. MD memiliki ukuran bulir yaitu lebih besar dari 10 μm. Pseudo Single Domain
(PSD) adalah domain magnetik, dimana domainnya
memilki banyak ruang namun hanya memiliki satu pola arah medan magnetik. Interval ukuran
bulir Pseudo Single Domain
(PSD) untuk magnetite
yaitu kira-kira sebesar 1-10 μm[6].
Pengukuran ARM
(Anhysteretic Remanent Magnetization) merupakan
metode kemagnetan batuan yang lazim dilakukan untuk menentukan karakterisasi
mineral magnetik. Analisa mineral magnetik yang akan dilakukan adalah
menentukan ukuran bulir, domain magnetik dan peluruhan ARM. Hasil pengukuran ARM adalah berbentuk kurva peluruhan.
Dimana, berdasarkan kurva peluruhan tersebut akan didapatkan ukuran bulir dan
domain magnetiknya dengan menggunakan kurva lowrie-fuller
test sebagai kurva pembandingnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran bulir dan domain mineral magnetik
pada lindi TPA Sampah Kota Padang.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif, dimana penelitian ini tidak hanya
dilakukan dengan mengukur jenis sampel yang di ambil di lapangan tetapi juga
mencakup analisa dan interpretasi data. Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Kemagnetan Batuan ITB dan pengambilan sampelnya diambil di TPA Sampah
Kota Padang.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Susceptibility meter, Molspin AF Demagnetizer, PARM (Partial
Anhysteretic Remanent Magnetization), serta Minispin
Magnetometer. Bartington Susceptibility meter digunakan untuk mengukur nilai suseptibilitas magnetik suatu bahan. Molspin
AF Demagnetizer digunakan untuk
mendemagnetisasi sampel dengan memberikan medan bolak-balik. PARM (Partial Anhysteretic Remanent Magnetization) ini digunakan untuk
menentukan nilai suseptibilitas ARM. Minispin Magnetometer digunakan untuk mengukur intensitas ARM. Sedangkan sampel endapan lindi
diambil menggunakan alat Ekman Grab.
Gambar 2. Proses Pengambilan Sampel
Lindi
di Kolam Lindi
Sampel yang
digunakan pada penelitian ini berjumlah 6 sampel yaitu TPAK.1A untuk kolam 1, TPAK.4E untuk kolam 4, TPAK.6C untuk
kolam 6,TPAK.8E untuk kolam 8, TPAS.0 untuk sungai awal dan TPASK.2 untuk selokan 2. Adapun sketsa tempat pengambilan sampel seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Gambar Sketsa Tempat Pengambilan Sampel Lindi TPA Air
Dingin Kota Padang. a) Lokasi Pengambilan Sampel Lindi Secara
Keseluruhan. b) Lokasi Pengambilan Sampel pada Kolam
Lindi. c) Lokasi Pengambilan Sampel di Sungai.
d) Lokasi pengambilan sampel Selokan.
Sebelum dilakukan pengukuran sampel dengan menggunakan metode ARM maka
perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel yang akan diukur tersebut. Adapun
sampel yang dipilih adalah sampel lindi yang sudah dikeringkan, diayak dan
diukur nilai suseptibilitasnya. Sampel yang mempunyai nilai suseptibilitas
tinggi dan mewakili masing-masing tempat pengambilan sampel merupakan sampel
yang akan diukur dengan menggunakan metode ARM. Setelah pemilihan sampel ini, maka sampel tersebut dimasukkan kedalam
holder yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter 2.54 cm dan tingginya 2.2
cm dan terbuat dari bahan non magnetik.
Pengumpulan
data pada penelitian ini dilakukan dengan pemberian ARM pada sampel lindi dengan menggunakan PARM yang diberikan melalui medan magnetik
searah yang lemah 0.1 mT bersamaan dengan medan bolak balik yang meluruh 70 mT. Kemudian dilakukan
pengukuran magnetik berupa demagnetisasi dengan menggunakan alat Molspin AF Demagnetizer yang menggunakan
medan bolak balik. Pengukuran
intensitas ARM dan
peluruhannya dilakukan dengan menggunakan alat minispin magnetometer. Pada
pengukuran nilai intensitas magnetic, posisi
sampel ini diatur dalam empat arah yang berbeda. Dari empat kali pengukuran
dengan arah yang berubah ini maka akan diperoleh data komponen utara, timur,
deklinasi dan intensitas dari momen magnetik sampel. Setalah data ke-empat arah
tersebut diproses dengan mengklik sp4 maka akan diperoleh nilai intensitas.
Pengolahan data
dilakukan agar diperoleh arah dan distribusi data dari hasil pengukuran. Pada
pengukuran sampel ini didapatkan nilai medan magnetik dan intensitas magnetik. Kemudian dengan menggunakan exel,
diplot hubungan kuat medan dengan nilai intensitas relatif, sehingga didapatkan
kurva peluruhan.
Pada analisis data, data yang ditampilkan adalah berbentuk grafik yang dihasilkan dari kurva peluruhan plot data hubungan kuat
medan dengan intensitas relatif. Intensitas magnetik pada pengukuran ini merupakan nilai intensitas
magnetik sampai 10% dari intensitas mula-mula. Intensitas relatif dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus berikut.
Intensitas Relatif = I / Io
Dimana, I
merupakan intensitas magnetik yang diperoleh pada saat pengukuran dengan
menggunakan step medan magnet (mT) tertentu. Sedangkan Io adalah intensitas
magnetik mula-mula.
Pada interpretasi data dengan menggunakan
nilai MDF (mediandestructive
field), yaitu nilai medan demagnetisasi yang diperlukan untuk
menurunkan intensitas ARM hingga menjadi setengahnya. Makin kecil MDF maka
makin tidak stabil mineral magnetik itu atau sebaliknya[7]. Berdasarkan
kurva peluruhan ARM maka dapat ditentukan ukuran bulir magnetik dan domain
magnetik pada lindi sampah dengan menggunakan kurva pembanding yaitu Lowrie and Fuller Test.
Gambar 4. Kurva Lowrie
and Fuller Test[8].
HASIL DAN
PEMBAHASAN
HASIL
PENELITIAN
Hasil
yang didapatkan setelah
pengukuran ARM ini adalah perubahan nilai intensitas magnetisasi terhadap medan
yang diberikan. Untuk mendapatkan kurva peluruhannya yaitu dengan memplot hasil
intensitas magnetisasi relatif dengan medan yang diberikan. Dari kurva
peluruhan ini akan didapatkan ukuran bulir dan jenis domain magnetik dari
sampel yang digunakan dengan kurva Lowrie-Fuller
Test sebagai kurva pembandingnya.
Sampel Endapan Lindi 1A (TPAK 1A)
Nilai
medan magnetik dan intensitas magnetik pada TPAK 1A dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Medan Magnetik dan Intensitas
Magnetik pada
TPAK 1A.
Berdasarkan
nilai medan magnetik dan intensitas relatif (I/Io) dari Tabel 1 didapatkan bentuk kurva peluruhan Anhysteretic Remanent Magnetization pada sampel TPAK 1A seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. a) Kurva Peluruhan
Sampel TPAK 1A.
b) Pencocokan dengan Kurva
Lowrie-
Fuller
Test
Gambar
5.a menunjukkan kurva peluruhan pada
sampel TPAK 1A. Terlihat bahwa ARM dapat meluruh dengan cukup cepat. Pada medan
demagnetisasi 35 mT, intensitas ARM telah meluruh hingga 10 % dari intensitas
mula-mula. Identifikasi ukuran bulir dilakukan dengan memplot hubungan
Intensitas Relatif (I/Io) dengan nilai MDF. Gambar
5.b merupakan pencocokan kurva peluruhan
pada sampel TPAK 1A. Berdasarkan kurva peluruhan tersebut maka didapatkan
ukuran bulir pada sampel TPAK 1A adalah 6 μm.
Sampel Endapan Lindi 4E (TPAK 4E)
Nilai medan
magnetik dan intensitas magnetik pada TPAK 4E
dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Medan Magnetik dan Intensitas
Magnetik pada
TPAK 4E.
Berdasarkan nilai medan magnetik dan
intensitas relatif (I/Io) dari Tabel 2
didapatkan bentuk kurva peluruhan Anhysteretic
Remanent Magnetization pada sampel TPAK 4E
seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. a)
Kurva Peluruhan Sampel
TPAK 4E.
b) Pencocokan
dengan Kurva Lowrie-
Fuller Test
Gambar
6.a menunjukkan kurva peluruhan pada
sampel TPAK 4E. Terlihat bahwa ARM dapat meluruh dengan cukup cepat yaitu pada
medan demagnetisasi 35 mT, intensitas ARM telah meluruh hingga 10 % dari
intensitas mula-mula. Identifikasi ukuran bulir dilakukan dengan memplot
hubungan Intensitas Relatif (I/Io) dengan nilai MDF. Gambar 6.b merupakan
pencocokan kurva peluruhan pada sampel TPAK 4E. Berdasarkan kurva peluruhan
tersebut maka didapatkan ukuran bulir pada sampel TPAK 4E adalah 9 μm.
Sampel Endapan Lindi 6C
(TPAK 6C)
Nilai medan magnetik dan intensitas
magnetik pada lindi sampah TPA Air Dingin pada kolam 6 (TPAK.6C) dapat di lihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Medan Magnetik dan Intensitas
Magnetik pada
sampel TPAK.6C.
Berdasarkan nilai medan magnetik dan
intensitas relatif (I/Io) dari Tabel 3
didapatkan bentuk kurva peluruhan Anhysteretic
Remanent Magnetization pada sampel TPAK 6C
seperti pada Gambar 7.
Gambar 7.
a) Kurva Peluruhan Sampel TPAK.6C.
b)
Pencocokan dengan Kurva Lowrie-
Fuller Test.
Gambar
7.a menunjukkan kurva peluruhan pada
sampel TPAK 6C. Terlihat bahwa ARM dapat meluruh dengan cukup cepat yaitu pada
medan demagnetisasi 30 mT, intensitas ARM telah meluruh hingga 10 % dari
intensitas mula-mula. Identifikasi ukuran bulir dilakukan dengan memplot
hubungan Intensitas Relatif (I/Io) dengan nilai MDF. Gambar 7.b
merupakan pencocokan kurva peluruhan pada sampel TPAK 4E. Berdasarkan kurva
peluruhan tersebut maka didapatkan ukuran bulir pada sampel TPAK 6C adalah 9
μm.
Sampel Endapan Lindi 8E (TPAK 8E)
Nilai medan
magnetik dan intensitas magnetik pada TPAK 8E dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Medan Magnetik dan Intensitas
Magnetik pada
TPAK 8E.
Berdasarkan nilai medan magnetik dan
intensitas relatif (I/Io) dari Tabel 4
diatas maka didapatkan bentuk kurva peluruhan Anhysteretic Remanent Magnetization pada sampel TPAK 7C seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. a)
Kurva Peluruhan Sampel
TPAK 8E.
b) Pencocokan dengan Kurva Lowrie-
Fuller Test.
Gambar 8.a menunjukkan
kurva peluruhan pada sampel TPAK 8E. Terlihat bahwa ARM dapat meluruh dengan
cukup cepat yaitu pada medan demagnetisasi 35 mT, intensitas ARM telah meluruh
hingga 10 % dari intensitas mula-mula. Identifikasi ukuran bulir dilakukan
dengan memplot hubungan Intensitas
Relatif (I/Io) dengan nilai MDF. Gambar 8.b
merupakan pencocokan kurva peluruhan pada sampel TPAK 8E. Berdasarkan kurva peluruhan tersebut
maka didapatkan ukuran bulir pada sampel TPAK 8E adalah 110 μm.
Sampel Endapan Sungai S 0 (TPA S 0)
Nilai medan
magnetik dan intensitas magnetik pada TPAS.0 dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Medan Magnetik dan Intensitas
Magnetik pada
TPAS.0.
Berdasarkan nilai medan magnetik dan
intensitas relatif (I/Io) dari Tabel 5
didapatkan bentuk kurva peluruhan Anhysteretic
Remanent Magnetization pada sampel TPAS.0
seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. a)
Kurva Peluruhan Sampel
TPAS.0.
b) Pencocokan
dengan Kurva Lowrie-
Fuller Test.
Gambar 9.a menunjukkan
kurva peluruhan pada sampel TPAS.0. Terlihat bahwa ARM dapat meluruh dengan
cukup cepat yaitu pada medan demagnetisasi 30 mT, intensitas ARM telah meluruh
hingga 10 % dari intensitas mula-mula. Identifikasi ukuran bulir dilakukan
dengan memplot hubungan Intensitas Relatif (I/Io) dengan nilai MDF. Gambar 9.b
merupakan pencocokan kurva peluruhan pada sampel TPAS.0. Berdasarkan
kurva peluruhan tersebut maka didapatkan ukuran bulir pada sampel TPAS.0 adalah
110 μm.
Sampel Endapan
Selokan SK 2 (TPA SK 2)
Nilai medan
magnetik dan intensitas magnetik pada TPASK.2
dapat di lihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Medan Magnetik dan Intensitas
Magnetik pada
TPASK.2.
Berdasarkan
nilai medan magnetik dan intensitas relatif (I/Io) dari Tabel 6 didapatkan bentuk kurva peluruhan Anhysteretic Remanent Magnetization pada sampel TPASK 2 seperti
pada Gambar 10.
Gambar 10. a) Kurva Peluruhan
Sampel TPASK.2.
b) Pencocokan
dengan Kurva Lowrie-
Fuller
Test.
Gambar
9.a menunjukkan kurva peluruhan pada
sampel TPASK.2. Terlihat bahwa ARM dapat meluruh dengan cukup cepat yaitu pada
medan demagnetisasi 35 mT, intensitas ARM telah meluruh hingga 10 % dari
intensitas mula-mula. Identifikasi ukuran bulir dilakukan dengan memplot
hubungan Intensitas Relatif (I/Io) dengan nilai MDF. Gambar 9.b
merupakan pencocokan kurva peluruhan pada sampel TPASK.2. Berdasarkan kurva
peluruhan tersebut maka didapatkan ukuran bulir pada sampel TPASK.2 adalah 135
μm.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil plot medan magnetik (mT) dan intensitas
relatif (I/Io) pada setiap sampel lindi TPA Sampah Kota Padang maka dapat
dilihat ukuran bulir dan domain magnetik pada sampel tersebut. Adapun sebagai kurva pembanding yang digunakan untuk menentukan ukuran bulir dan domain magnetik adalah
kurva Lowrie and Fuller Test.
Sampel Kolam Lindi
Sampel
yang diambil pada kolam lindi adalah sebanyak 4
sampel yang diambil berdasarkan nilai suseptibilitas dan
mewakili masing-masing kolam lindi. Masing-masing sampel pada kolam lindi ini memiliki ukuran bulir dan domain magnetik yang beragam. Berdasarkan
kurva peluruhan yang didapatkan dari hasil pengukuran peluruhan ARM maka
didapatkan ukuran bulir dan domain magnetik pada masing-masing sampel dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Ukuran Bulir dan Domain Magnetik Pada
Masing-Masing
Sampel Kolam Lindi.
Nama sampel
|
Ukuran Bulir
(µm)
|
Domain Magnetik
|
TPAK 1A
|
6
|
PSD
|
TPAK 4E
|
9
|
PSD
|
TPAK 6C
|
9
|
PSD
|
TPAK 8E
|
110
|
MD
|
Berdasarkan kurva peluruhan yang didapatkan pada kurva
peluruhan Anhysteretic Remanent Magnetization (ARM)
mengindikasikan bahwa mineral magnetik lindi tidak begitu stabil terhadap medan demagnetisai yang diberikan.
Hal ini dapat dilihat dari penurunan intensitas peluruhan yang cukup drastis. Artinya, mineral magnetik yang berada dalam lindi didominasi oleh ukuran bulir yang
cukup besar yaitu berkisar antara 6 μm sampai 110 μm dengan domain magnetiknya
yaitu pseudo single domain (PSD) dan multi domain (MD).
Sampel kolam lindi ke 8 memiliki
ukuran bulir dan domain magnetik yang berbeda dengan sampel kolam lindi
1,4 dan 6. Kolam lindi 8 memiliki kecenderungan ukuran bulir yang besar dari 10 μm
dan berdomain magnetik multi domain
(MD), sedangkan kolam lindi 1,4 dan 6
memiliki kecenderungan ukuran bulir antara 1 μm sampai
dengan 10 μm dengan domain magnetiknya yaitu Pseudo
Single Domain (PSD). Hal ini terjadi karena pada kolam lindi 8
tidak dilapisi dinding beton untuk menahan
peresapan lindi pada tanah. Sedangkan pada kolam lindi 1,4 dan 6 telah dilapisi
oleh lapisan dinding beton. Diduga pada kolam lindi 8 telah terjadi peresapan lindi ke dalam permukaan tanah. Hal ini dapat
dilihat dari perbedaan antara ukuran bulir dan domain magnetik pada kolam
lindi 8 dengan kolam lindi 1,4 dan 6.
Ini juga didasarkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Huliselan dan Bijaksana pada sampel lindi TPA Sarimukti dan
Jelekong, Bandung menyatakan bahwa mineral magnetite
lindi ternyata tidak begitu stabil. Dimana, intensitas Anhysteretic Remanent Magnetization (ARM) berkurang
secara cukup drastis pada medan demagnetisasi yang relatif rendah. Ini berarti
bahwa mineral magnetite yang berada dalam lindi didominasi oleh
bulir-bulir berukuran besar dari 1 μm atau multi-domain (MD).
Sampel Sungai dan
Selokan
Berdasarkan
kurva peluruhan yang didapatkan dari hasil pengukuran peluruhan ARM maka
didapatkan ukuran bulir yang cukup beragam untuk masing-masing sampel baik pada sampel sungai maupun pada sampel selokan dengan menggunakan
kurva Lowrie and Fuller Test sebagai
kurva pembandingnya. Ukuran bulir
dan domain magnetik pada masing-masing sampel pada sampel sungai dan selokan
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Ukuran Bulir dan Domain Magnetik Pada
Sampel Sungai
Dan Sampel Selokan.
Nama Sampel
|
Ukuran Bulir
(µm)
|
Domain Magnetik
|
TPAS.0
|
110
|
MD
|
TPASK.2
|
135
|
MD
|
Berdasarkan
ukuran bulir dari sampel Sungai dan sampel Selokan yang telah diperoleh maka
didapatkan domain magnetiknya yaitu multi domain (MD). Hal
ini juga dapat dilihat dari ukuran bulirnya yang sangat besar yaitu > 10 μm
dan penurunan kurva peluruhan yang cukup drastis.
Ukuran bulir
yang diperoleh dari sampel sungai dan selokan ternyata lebih besar dari ukuran
bulir yang diperoleh dari sampel lindi. Mineral magnetite pada kolam lindi lebih cenderung PSD karena sampel yang
diambil adalah murni sampel lindi sedangkan mineral magnetite pada sungai dan selokan lebih cenderung MD. Hal ini
diduga bahwa sampel sungai dan selokan sudah tercampur dan dipengaruhi oleh
mineral magnetik yang berasal dari kolam lindi
serta diduga telah terjadi rembesan lindi ke dalam selokan dan sungai yang
merupakan tempat mengalirnya lindi dari kolam ke sungai dan selokan. Ini juga
mengindikasikan bahwa bulir-bulir mineral magnetite
lindi dihasilkan oleh proses anthropogenic.
Hasil ini didukung oleh penelitian Iswandi (2014)di TPA sampah Kota Padang yang
menyatakan bahwa terdapat mineral magnetik dan unsur logam berat di kolam lindi,
sungai dan selokan. Berdasarkan jenisnya, terdapat jenis unsur logam berat yang
sama terkandung dalam kolam lindi, sungai dan selokan yaitu unsur besi (Fe)dengan
persentase rata-rata 33.664 % dan unsur rodium (Rh) dengan persentase rata-rata
30.587 %[9].
Berdasarkan
penelitian yang yang dilakukan oleh Huliselan dan Bijaksana di TPA Bandung dan
penelitian yang dilakukan di TPA sampah Kota Padang maka semakin meyakinkan
bahwa mineral magnetite lindi
cenderung tidak stabil terhadap medan demagnetisasi serta memiliki ukuran bulir yang cukup besar yaitu > 1 μm (PSD dan MD). Sehingga dapat disimpulkan bahwa lindi pada TPA sampah Kota Padang didominasi
oleh mineral magnetite dengan ukuran cukup besar yang merupakan mineral magnetik utama
pada pencemar-pencemar lainnya seperti yang diungkapkan oleh Huliselan dan
bijaksana pada penelitian yang dilakukan di TPA Jelekong, Bandung.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa kurva
peluruhan pada sampel menurun secara drastis sehingga
mengindikasikan bahwa mineral magnetik lindi tersebut cenderung tidak stabil
terhadap medan demagnetisasi. Ukuran
bulir yang diperoleh dari penelitian ini cukup beragam yaitu berkisar antara 6
μm - besar dari 135 μm. Ukuran bulir
pada sampel kolam lindi yaitu pada sampel TPAK 1A yaitu 6
μm,pada sampel TPAK 4E yaitu 9 μm, Pada sampel TPAK.6C yaitu 9 μm, dan pada sampel TPAK 8E
yaitu 135 μm. Ukuran bulir pada sampel Sungai yaitu : pada sampel TPAS.0
yaitu 110 μm dan ukuran bulir
pada sampel Selokan yaitu : pada sampel TPASK 2 yaitu 135 μm. Domain Magnetik yang diperoleh dari
hasil penelitian semua sampel adalah Pseudo Single
Domain (PSD) dan Multi
Domain (MD). Hal ini
dapat dilihat dari penurunan kurva peluruhan yang drastis dan ukuran bulirnya
yang besar yaitu >1 μm.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada DP3M Dikti melalui penelitian Hibah Bersaing
tahun 2014 dengan judul Penentuan Zona Pencemaran Air Tanah dan
Karakterisasi Magnetik Logam Berat Sebagai Polutan Pada Lindi (Leachate) TPA Sampah Menggunakan Metoda
Kemagnetan Batuan (Rock Magnetic Methods)
dan Geolistrik (Studi Kasus pada TPA Sampah Air Dingin Kota Padang) yang telah
mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Huliselan, Estavanus Kristian dan Satria Bijaksana. 2007. Identifikasi
Mineral Magnetik pada Lindi (Leachate). Jurnal
Geofisika, Vol.2.
[2]
Sulinda, D. 2004. Penentuan Nilai
Parameter Kinetika Lumpur Aktif Pada Pengolahan Air Lindi Sampah Secara
Aerobik. Skripsi. Fakultas teknologi pertanian. IPB. Bogor.
[3] Damanhuri,E.,2008. Teknik Pembuangan Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan ITB, Bandung
[4] Pontoh, M.S., 2003, Pengaruh
Polutan Lindi Terhadap Resistivitas Tanah, Tugas AkhirSarjana, Institut
Teknologi Bandung, p. 49.
[5] Huliselan, E. K. dan Bijaksana, S., 2006. Magnetic Properties as Proxy Indicators of
Heavy Metals in Leachate :A Case Study from Jelekong Solid Waste Disposal Site, Bandung. ITB. Jurnal ICMNS November
29-30, 2006
[6] Butler, Robert F. 1992. Magnetic Domains to Geologic Terrnes.
Blackweel Scientific Publications : Boston.
[7] Moskowitz,
B.M., 1991, Hitchhiker’s Guide to Magnetism, Environmental Magnetism Workshop,
p 1-40.
[8] Dunlop,
D.,O.Ozdemir. 1997.Rock Magnetism : fundamental and Fontiers, Cambridge
University Press.
[9] Iswandi. 2014. Identifikasi
Unsur Logam Berat pada Lindi Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah Kota Padang
Menggunakan X-Ray Flourescence (XRF).Skripsi .UNP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar