LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
ANALISA
KONSENTRASI AEROSOL PM10
UNTUK MENENTUKAN KUALITAS UDARA PADA BULAN MEI-JUNI 2014 DIBUKIT KOTO TABANG
Diajukan
Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Oleh
RISALDI PUTRA
1101450
(2011)
Dosen Pembimbing
Dr. Hamdi, M.Si
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

Puji
syukur Alhamdulillah penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan yang
merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan dan dapat pula menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Analisa Konsentrasi Aerosol Pm10 Untuk Menentukan
Kualitas Udara Pada Bulan Mei-Juni 2014 Dibukit Koto Tabang”.
Praktek Kerja Lapangan ini yang dilaksanakan mulai 1 Juli sampai dengan
25 Juli 2014 pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang ini
banyak memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat
bagi penulis. Selama praktek hingga tersusunnya laporan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Penulis melalui
kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak
Drs. Akmam, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah memberi izin dan membantu
dalam kelancaran PKL
2. Ibu
Dra. Hidayati, M.Si sebagai Ketua Prodi yang telah banyak membantu dan memberi
saran dalam pelaksanaan PKL ini.
3. Ibu Dr. Hj. Ratnawulan, M.Si sebagai penasehat akademik
yang telah memberikan bantuan dan saran dalam pelaksanaan PKL ini.
4. Bapak
Dr. Hamdi, M.Si sebagai dosen pembimbing di kampus yang telah memberi nasehat,
dukungan dan waktu yang sangat berharga selama penyelesain laporan ini.
5. Bapak
Edison Kurniawan, S.Si, M.Si selaku kepala GAW Bukit Kototabang yang menerima dan
telah member izin penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan di Stasiun GAW.
6. Bapak
Budi Satria, S.Si selaku kepala Seksi Kasi Obsevasi dan Bapak Ahmad Zakaria,
S.ST selaku kepala Seksi Data dan Informasi yang telah menjadi pembimbing
penulis serta telah memberikan pembagian kerja selama penulis melaksanakan PKL
di stasiun GAW.
7. Orang
tua yang telah memberi
izin untuk melaksanakan PKL dan selalu member semangat dan memberi dukungan serta
doa restu.
8. Bapak
Agusta Kurniawan, M.Si, Pak
Alberth Nahas, S.Si, M.CC, pak Harika Utri, S.kom, pak Yosfi Andri, ST, pak
Aulia Rinadi, S.Si, pak Rinaldi, A.md, dan staff lainya yang tidak bias
disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penulis melaksanakan PKL di
stasiun GAW.
9. Teman
satu perjuangan Bavitra, Imran Razat dan Mulyandri
Putra yang selalu memberi
dukungan dan kehebohan sehingga mendapatkan pengalaman yang tidak akan pernah
terlupakan selama PKl.
10.
Teman-teman tercinta
Fisika NK 11 yang selalu memberi dukungan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini
masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Penulis mengaharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan isi laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Padang, Oktober
2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Pelaksanan PKL
Praktek kerja lapangan adalah
salah satu mata kuliah yang terdapat
pada program studi Fisika FMIPA UNP.
Mata kuliah ini merupakan sarana untuk belajar melalui pengamatan secara langsung, melalui
mata kuliah ini diharapkan tumbuh minat mahasiswa untuk menata dan
mengembangkan kemampuannya. Sebelumnya mahasiswa telah dibekali dengan
perkuliahan secara teoritis, disamping itu juga dibekali dengan praktek
laboratorium. Untuk melengkapi ilmu yang telah diperoleh mahasiswa di kampus,
maka dipandang perlu pembelajaran
pengamatan secara langsung ke instansi-instansi maupun perusahaan yang relevan
di luar kampus, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM),
GAW, Telkom, PT Persero dan instansi lainnya sesuai dengan bidang kajian
mahasiswa tersebut. Dengan demikian mahasiswa dapat pengalaman dan gambaran awal tentang dunia
kerja, serta belajar beradaptasi langsung dengan lingkungan dunia kerja.
Pelaksanaan PKL pada suatu lembaga
seperti GAW, dimana ruang lingkup utamanya yaitu mengarah ke kajian tentang pengamatan, pengumpulan,
penyebaran, pengolahan dan analisis komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah
kaca dan parameter fisis atmosfer. Berbagai macam pengamatan yang dilakukan
oleh stasiun GAW ini yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang bisa
digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan keadaan permukaan bumi. Perubahan
iklim yang tidak menentu dan penyebaran gas rumah kaca yang semakin besar juga akan
menyebabkan perubahan kualitas udara dipermukaan bumi.
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang
merupakan salah satu stasiun di daerah ekuatorial yang penting dalam program
pengamatan atmosfer secara global karena secara umum pengukuran kondisi
atmosfer dan kualitas udara di daerah ini sangat terbatas. Ada tiga program
pengamatan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang,
yaitu : Pengamatan Gas Rumah Kaca, Pengamatan Kualitas Udara, dan Parameter
Fisis Atmosfer.
Secara umum, kualitas udara diukur dengan mengamati
apakah konsentrasi parameter pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau
lebih rendah daripada Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Pemerintah
menetapkan nilai ISPU untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan masyarakat.
Walaupun pemerintah telah menetapkan ISPU, ada beberapa kelompok orang yang
masih rentan terhadap pencemaran udara, seperti anak-anak, lansia, penderita
penyakit paru-paru dan jantung, yang akan terpengaruh oleh pencemaran udara
lebih dahulu walaupun konsentrasi pencemaran udara yang terukur masih lebih
rendah daripada ISPU. Ada 5 komponen pencemar udara yang dimasukkan dalam ISPU,
yaitu: karbon monoksida (CO), ozon permukaan (O3), aerosol PM10, oksida
nitrogen (NOx), dan sulfur dioksida (SO2). Stasiun Pemantau Atmosfer Global
Bukit Kototabang telah mengukur kelima parameter tersebut.
Aerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada
di udara (juga disebut abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Sedangkan
PM10 atau particulate matter 10
merupakan partikel atau debu yang berada di udara yang memiliki ukuran tidak lebih dari 10 μm (mikrometer) atau seperseratus milimeter.
Aerosol dengan ukuran ini, apabila dijumpai dalam konsentrasi yang tinggi akan
dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengukuran konsentrasi
PM10 sangat penting untuk dilakukan.
Pengukuran konsentrasi PM10 dilakukan menggunakan
instrumen yaitu BAM1020. Beta Atteunation
Monitoring ( BAM ) 1020 Analyzer adalah
peralatan sampling otomatis untuk mengukur parameter aerosol ukuran PM10 .
Dimana prinsip kerja Udara ambient dihisap menggunakan motor listrik
masuk melalui inlet cyclone dimana jika partikel tersebut kecil akan mengalir
melalui pipa aluminium karena beratnya ringan dan jika partikel lebih besar
dari PM 10 maka akan berputar-putar dan tidak akan masuk ke BAM 1020 Analyzer. Kemudian Partikel debu
tersebut mengalir melewati kertas filter melalui Nozzel dan akan menempel pada kertas filter yang nantinya akan
diukur menggunakan sinar Beta dengan metode pengecilan atau pelemahan sinar
beta oleh ketebalan konsentrasi debu PM 10 yang menempel pada kertas filter.
Berdasarkan
uraian dan informasi tersebut diatas maka perlu sekali dilakukan analisa dan pengukuran
konsentrasi Aerosol PM10 untuk menentukan kualitas udara di Stasiun
Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit koto tabang.
B.
Pembatasan Masalah
Batasan masalah pada laporan ini yaitu analisa konsentrasi
aerosol PM10 untuk menentukan kualitas udara pada bulan mei-juni 2014 di bukit
koto tabang menggunakan BAM1020.
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan
dilaksanakan praktek kerja lapangan adalah :
a. Memberikan
pengalaman praktek kerja secara langsung bagi mahasiswa dan menggali berbagai
masalah yang muncul di lapangan.
b. Mewujudkan program keterkaitan dan kesepadanan
antara dunia industri dan dunia pendidikan.
c. Meningkatkan
keterampilan dan wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa baik secara teknis maupun
hubungan sosial
d.
Membentuk perilaku positif bagi para
mahasiswa melalui penyesuaian diri dengan lingkungan kerja.
2.
Tujuan
Khusus
Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini adalah
a. Belajar melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan
di lapangan.
b. Mengetahui konsentrasi Aerosol PM10 dan
kualitas udara pada bulan Mei-Juni 2014 di GAW Bukit Kototabang menggunakan BAM2010.
D.
Manfaat
1.
Manfaat
dilaksanakan PKL
Adapun
mamfaat dilaksanakannya PKL ini yaitu:
a. Membantu
memberikan pembekalan pengetahuan, Wawasan dan keterampilan kepada mahasiswa
tentang praktek kerja lapangan secara nyata.
b. Memupuk rasa kebersamaan tim secara baik,
terutama dalam mensukseskan suatu program kerja.
c. Memberikan pengalaman praktek kerja secara
langsung dan mengetahui berbagai masalah yang timbul di lapangan saat praktek
kerja dilaksanakan.
d. Saling
tukar-menukar informasi di bidang teknologi antara lembaga sebagai pengguna
teknologi dengan perkembangan pengetahuan yang terjadi di lembaga perguruan
tinggi.
2.
Manfaat
Penulisan laporan PKL
Adapun mamfaat penulisan PKL ini adalah sebagai bahan pengetahuan bagi
pembaca untuk mengetahui konsentrasi aerosol PM10 di Bukit Kototabang.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK
KERJA LAPANGAN
A.
Tempat
dan Waktu PKL
Pelaksanaan
Praktek kerja lapangan dimulai pada tanggal 1 juli sampai dengan 31 juli 2014. Tempat pelaksanaan di
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Koto Tabang, Kab. Agam, Sumatera Barat,
Indonesia.
B.
Mekanisme
Pelaksanaan PKL
Mahasiswa yang melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW)
bukit Koto Tabang berjumlah empat orang dan dibagi menjadi dua kelompok.
Mahasiswa diberi pengenalan dan arahan tentang apa yang akan dilaksanakan di
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit Koto Tabang. Hal ini ditujukan
agar mahasiswa lebih mudah untuk melaksanakn tugas yang terdapat di stasiun
tersebut.
Jadwal masuk Praktek Kerja
mahasiswa bukan berdasarkan sift kerja karyawan, tetapi telah ditentukan yaitu
masuk pada hari senin sampai jumat pada pukul 08.00-15.00 wib. Hal ini
dikarenakan bahwasanya Praktek Kerja lapangan yang dilakukan adalah pada bulan
puasa. Seadngkan pada hari-hari lainnya masuk kerja adalah pada pukul
07.00-16.00 wib.
Pelaksanaan praktek kerja diawali dengan
pengenalan nama alat, fungsi alat, prosedur kerja penggunaan alat, serta
koordinator yang bertanggung jawab
masing-masing alat. Mahasiswa di beri
tugas harian dan di catat di logbook seperti yang dilakukan oleh para staff
karyawan yang bekerja di stasiun GAW Bukit Koto Tabang. Jika mahasiswa mendapat
kendala dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan maka karyawan siap memberikan
arahan dan pengetahuan dan solusi untuk menyelesaikan kendala tersebut.
Biasanya arahan ini ini diberiakn dalam bentuk tanya jawab antara mahasiswa dan
karyawan.
C.
Deskripsi
Instansi/ Perusahan Tempat Pelaksanaan
PKL
1.
Sejarah
Singkat Stasiun GAW Bukit Koto
Tabang
Badan Meteorologi Dunia (WMO)
merupakan salah satu badan teknis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). WMO pada
tahun 1950 melucurkan program untuk mengkordinasikan pengukuran ozon di
atmosfer yang dilakukan oleh negara-negara anggotanya. Program ini dinamakan
GO3OS (Global Ozone Observing System). Program GO3OS pada awalnya murni
kegiatan keilmuan. Selanjutnya pada tahun 1960 WMO meluncurkan program lain
yang dinamakan BAPMON (Background Air Pollution Monitoring Network),
program ini juga murni program keilmuan.
Setelah
20 tahun program tersebut dijalankan mendapatkan hasil yang mengejutkan para
ilmuwan tentang nasib masa depan planet bumi kita. Dari program GO3OS didapat
data menurunnya konsentrasi ozon stratosfer. Padahal ozon di stratosfer sangat
diperlukan untuk menyerap radiasi ultraviolet sehingga radiasi ultraviolet yang
diterima permukaan bumi ada dalam takaran yang tidak membahayakan mahluk hidup.
Selanjutnya dari program BAPMON didapat hasil tren peningkatan konsentrasi
spesis gas tertentu di atmosfer kita yang kemudian dinamakan orang gas rumah
kaca (GRK). Jumlah GRK yang berlebihan menyebabkan radiasi yang diemisi bumi
sulit keluar dari atmosfer bumi kita sehingga menimbulkan pemanasan di
permukaan bumi. Fenomena ini dikenal sebagai sinyal pemanasan global yang
bermuara pada perubahan iklim.
Agar
pengukuran dan kegiatan riset yang dilakukan oleh kedua program tadi menjadi
lebih padu, tahun 1989 WMO menggabung kedua program tadi menjadi satu program
yang dinamakan Global Atmosphere Watch (GAW). Stasiun yang menjadi
tulang punggung awal program GAW adalah stasiun-stasiun tempat program GO3OS
dan BAPMON diselenggarakan. Meskipun stasiun-stasiun yang menjadi tulang
punggung awal program GAW telah memberikan kontribusi yang besar bagi
pengetahuan kita tentang perubahan iklim, namun berbicara dalam perspektif
global masih ada tempat di muka bumi yang informasinya diperlukan namun belum
ada kegiatan pengukuran sama sekali.
Pertemuan
ilmuwan mancanegara dengan dukungan dewan eksekutif WMO yang diselenggarakan
tahun 1991 merekomendasikan 6 (enam) negara sebagai lokasi stasiun GAW baru
sehingga semua permukaan bumi terwakili.
Keenam
negara tersebut adalah Aljazair, Argentina, Brazil, Cina, Indonesia dan Kenya.
Untuk Indonesia tempat yang paling cocok untuk implementasi program GAW adalah
Bukit Kototabang. Program GAW mulai diselenggarakan di Indonesia tahun 1996
oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Selanjutnya organisasi dimana
program GAW diselenggarakan dinamakan Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW)
Bukit Kototabang, nama ini dinisbahkan dari translasi GAW dalam bahasa
Indonesia, yaitu Pemantauan Atmosfer Global.
Pada
awalnya Stasiun GAW Bukit Kototabang merupakan bagian dari kegiatan Stasiun
Geofisika Padang Panjang. Namun sejak Oktober 2004 stasiun ini telah menjadi
satuan kerja sendiri dibawah BMG LPND.

Gambar 1.
Jaringan GAW global yang mewakili berbagai lokasi dengan variasi letak astronomis,
geografis, dan topografis.
2.
Visi
dan Misi
Visi
Terwujudnya
BMKG yang tanggap dan mampu
memberikan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
yang handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional
serta berperan aktif di tingkat internasional.
Misi
a.
Mengamati dan memahami fenomena
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
b.
Menyediakan data dan informasi
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika yang handal dan
terpercaya
c.
Melaksanakan dan mematuhi kewajiban
internasional dalam bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan
Geofisika.
d.
Mengkoordinasikan dan memfasilitasi
kegiatan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
3.
Struktur Organisasi
Kepala Stasiun GAW : Edison Kurniawan, S.Si, M.Si
Kepala Subag Tata Usaha : Rudi Anuar Yudha Trisaputra, SP
Kepala Seksi Data dan Informasi : Ahmad Zakaria, S.ST
Kepala Seksi Observasi : Budi Satria, S.Si
Kelompok Fungsional :
Agusta Kurniawan, M.Si
Alberth
Christian Nahas, S.Si, M.Sc
Darmadi, A.Md
Aulia Rinaldi,
S.Si
Yosfi Andri, ST
Harika Utri,
S.Kom
Reza Mahdi, ST
Rinaldi, A.Md
Yosi Juita, SE
Yasri
Diko Revano
Umbara, A.Md
Dwi Lestari
Sanur, A.Md
Abibagus
Indrawan
Ikhsan Buyung
Arifin
Ibrahim
Pak Am
Firdaus
Rahma Nanda

Gambar 2. Struktur organisasi GAW Bukit Koto Tabang.
4.
Aktifitas
Instansi/ perusahaan
Adapun secara umum tugas dan fungsi Stasiun
Pemantau Atmosfer Global (GAW)
Koto Tabang meliputi :
Tugas :
Melaksanakan
pengamatan, pengumpulan, penyebaran, pengolahan dan analisis komposisi kimia
atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
Fungsi :
a.
Pengamatan komposisi kimia atmosfer,
gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
b.
Pengumpulan dan penyebaran komposisi
kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
c.
Analisa dan pengolahan komposisi
kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
d.
Pelayanan informasi komposisi kimia
atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer dan indikasi
perubahan iklim.
e.
Pelaksanaan administrasi dan
kerumahtanggaan.
Program
pengamatan yang dilakukan di GAW Bukit Kototabang terbagi menjadi tiga program
pengukuran, yaitu:
a.
Pengukuran Gas Rumah
Kaca, meliputi pengukuran konsentrasi gas karbon
dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan sulfur heksafluorida (SF6).
b.
Pengukuran parameter kualitas udara, seperti aerosol PM10, ozon permukaan (O3), karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2),
nitrogen dioksida (NO2), pH dan konduktivitas air hujan.
c.
Pengukuran fisis
atmosfer yang meliputi temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah
hujan, radiasi matahari, arah, dan kecepatan angin.
5.
Peralatan
Secara
umum peralatan-peralatan yang ada di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit koto Tabang meliputi peralatan
meteorologi
untuk pengamatan data cuaca harian serta peralatan pendukung sarana komunikasi
dan informasi.
Adapun peralatan yang terdapat di Stasiun
Pemantau Atmosfer Global (GAW)
koto Tabang, yaitu :
Tabel 1. Instrumentasi
di GAW Bukit Kototabang
NO
|
Instrumen
|
Parameter Yang Diukur
|
Gambar Alat
|
1
|
Airkit Flask Sampler
|
Gas Rumah Kaca
|
![]() |
2
|
Picarro
G1301
|
Karbon
Dioksida dan
Metana
|
![]() |
NO
|
Instrumen
|
Parameter Yang Diukur
|
Gambar Alat
|
3
|
TEI
48 C dan Horiba
APMA360
|
Karbon Monoksida
|
![]() |
4
|
BAM 1020
|
Aerosol PM10
|
![]() |
5
|
Nephelometer
dan
Aethalometer
|
Koefisien
Hamburan
Cahaya
Aerosol PM2.5 dan
Black Carbon
|
![]() |
6
|
Pyranometer,
Pyrheliometer
&
Pyrgeometer
|
Radiasi Matahari
|
![]() |
7
|
Mobile
Automatic
Weather Station
|
Cuaca Permukaan
|
![]() |
NO
|
Instrumen
|
Parameter Yang Diukur
|
Gambar Alat
|
8
|
PUF Disk Sampler
|
Polutan Organik
|
![]() |
9
|
High Volume Air Sampler
|
Debu Total
|
![]() |
10
|
Passive Gas Holder
|
SO2 dan NO2
|
![]() |
11
|
Partisol Sampler
|
Kimia Aerosol
|
![]() |
12
|
Rain Water Sampler
|
Kimia Air Hujan
|
![]() |
NO
|
Instrumen
|
Parameter Yang Diukur
|
Gambar Alat
|
13
|
pH
Meter &
Conductivitymeter
|
pH
dan Konduktivitas Air
Hujan
|
![]() |
14
|
TEI 49C
|
Ozon Permukaan
|
![]() |
15
|
TS
42i dan TS 43i, Trace
Level
|
Oksida
Nitrogen dan Sulfur
Dioksida
|
![]() |
D.
Aktifitas
PKL beserta Hambatan dan Solusinya
Selama praktek kerja lapangan
di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang mahasiswa secara
umum melakukan pengamatan yang berhubungan dengan keadaan atmosfer bumi.
Berbagai pengamatan seperti pengamatan gas rumah kaca, pengukuran parameter kualitas udara, dan
pengukuran fisis atmosfer bumi. Pengukuran fisis atmosfer bumi ini berkenaan
dengan pengamatan meteo permukaan diantaranya pengukuran temperatur
udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, radiasi matahari, arah,
dan kecepatan angin. Pengukuran ini
dilakukan tiap-tiap jam 10.00-13.00-15.00 wib. Sedangkan pengukuran parameter
kualitas udara dilakukan selama 24 jam setiap harinya.
Adapun kegiatan yang dilakukan
pada Praktek Kerja Lapangan ini yaitu seperti tertera pada tabel 2 berikut ini.
No
|
Hari
/ Tanggal
|
Kegiatan
|
1
|
Selasa / 01-07- 2014
|
1.
Penyambutan dan sekaligus orientasi
pengenalan Stasiun Pemantau Atmosfer Global oleh bapak Edison Kurniawan, M.Si
(Kepala SPAG).
2.
Pengaturan jadwal kegiatan lapangan di
Stasiun Pemantau Atmosfer Global.
a. Minggu
1 : orientasi lapangan
b. Minggu
2 : pengolahan data
c. Minggu
3 : analisis data
d. Minggu
4 : persiapan presentasi dan presentasi
3.
Orientasi pengenalan alat-alat
observasi yang terdapat di Stasiun GAW
oleh bapak Budi Satria, S.Si, seperti :
a. Ozon
Analyzer, CO analyzer,
HVAS
b. Flanometer,
BAM 1020, Nephlometer
c. Air
Flask Sampler, AWS
d. Passive
Air Sampler, Picarro Analyzer
e. Boundary
Layer Radar, Pyranometer
4.
Pengambilan Air Sampling Quick (sampel
udara).
|
2
|
Rabu / 02-07-2014
|
1.
Pengukuran temperatur maksimum dan
temperatur minimum SPAG.
2.
Pengukuran temperatur bola basah dan
temperatur bola kering yang dilakukan 3 kali dalam sehari dengan waktu
pengukuran pada jam 10.00, 13.00, 16.00
WIB.
3.
Pengukuran pH air hujan.
4.
Belajar mendownload data Anemometer
dan Barometer.
5.
Belajar Akuisisi data AWS.
6.
Belajar membuat laporan Bulanan dengan
menyatukan data harian dalam satu bulan.
|
No
|
Hari
/ Tanggal
|
Kegiatan
|
3
|
Kamis / 03-07-2014
|
1.
Mengganti pias camble stoke yang terdapat pada alat pemantau lamanya
penyinaran matahari dalam satu hari.
2.
Pengukuran termometer bola basah dan
bola kering.
3.
Belajar mendownload data
Barometer dan Anemometer.
4.
Mengganti filter HVAS dan
pengukurannya.
5.
Belajar mendownload data BAM 1020 (Aerosol).
6.
Mengukur partisel Aerosol.
|
4
|
Jumat / 04-07-2014
|
1. Pengukuran
termometer bola basah dan bola kering
2. Pengamatan
Aerosol dengan menggunakan alat Dust Trak.
|
5
|
Senin / 06-07-2014
|
1.
Pengukuran pH air hujan dengan memakai
dua sampel yaitu :
a. Sampel
observasi (OBS)
b. Sampel
ARWS dan sampel ARG, dengan hanya mengukur sampel ARWS.
2.
Pengukuran termometer bola basah dan
bola kering.
3.
Belajar cara pengoperasian alat
DustTrak (TST) sekaligus mengambil data dari hasil pengukuran Aerosol.
4.
Akuisisi data BAM 1020.
5.
Akuisisi data Aerosol.
|
6
|
Selasa / 07-07-2014
|
1.
Pemasangan filter HVAS
2.
Download data AAWS
3.
Akuisisi data PM10
|
7
|
Rabu / 08-07-2014
|
1.
Belajar mendownload data MAWS
2.
Belajar mendownload data NO
3.
Belajar mendownload data Ozon
|
8
|
Kamis / 10-07-2014
|
1.
Pemasangan filter partisol
2.
Pengamatan meteo permukaan
3.
Pemasangan filter passive gas
|
9
|
Jumat / 11-07-2014
|
1. Pengamatan meteo permukaan dan Belajar pengolahan data Dafid
2. Mengolah data Aerosol PM10
|
10
|
Senin / 21-07-2014
|
1.
Pengamatan meteo permukaan dan belajar pengolahan data
|
11
|
Selasa / 22-07-2014
|
1.
Pengamatan meteo permukaan
2.
Konsultasi judul/ laporan
|
No
|
Hari
/ Tanggal
|
Kegiatan
|
12
|
Rabu /23-07-2014
|
1.
Pengamatan meteo permukaan
2.
Pengolahan data laporan
|
13
|
Kamis / 24-07-2014
|
1.
Pengamatan meteo permukaan
2.
Pemasangan pias camble stoke
3.
Pengolahan data laporan
|
14
|
Jumat / 25-07-2014
|
4.
Pengamatan meteo permukaan
5.
Pengolahan data laporan
|
E.
Hambatan dan solusinya
Hambatan yang ditemukan dalam
pelaksanaan PKL yaitu sulitnya pemahaman mengenai Software yang digunakan pada saat pengolahan data di Stasiun Pemantau
Atmosfer Global (GAW) bukit koto tabang ini. Adapun solusi yang untuk memahami
dan menyelesaikan masalah ini yaitu adanya bimbingan dan arahan yang diberikan
oleh para staff pegawai di GAW bukit koto
tabang.
BAB III
METODE PENCAPAIAN
HASIL PKL
A.
Metode
Umum
1.
Pengalaman
Praktek Kerja Secara Langsung Di Lapangan
Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu mata kuliah
yang bertujuan sebagai sarana bagi
mahasiswa untuk dapat melakukan pengamatan langsung ke lapangan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit
Kototabang ini sangat membantu mahasiswa dalam mempelajari berbagai jenis
pengamatan yang berhubungan dengan fisika.
Adapun proses yang dilakukan untuk mencapai pengalaman
praktek kerja secara langsung di lapangan dapat dilakukan dengan hal-hal
berikut ini:
a.
Sebelum melakukan
PKL, mahasiswa akan diberi pengarahan oleh Ketua prodi tentang bagaimana tempat
dan proses pelaksanaan PKL di suatu instansi.
b.
Memilih dan
mengajukan tempat PKL dan meminta persetujuan ketua prodi mengenai tempat PKL
yang diajukan tersebut.
c.
Setelah ketua prodi
menyetujui tempat PKL, kemudian mengurus surat izin pelaksanaan PKL selama 1
bulan ke fakultas untuk diserahkan ke GAW Bukit Kototabang.
d.
Mengantarkan surat
izin pelaksanaan PKL ke GAW Bukit Kototabang sekaligus menanyakan tentang
pelaksanaan PKL yang akan dilakukan.
e.
Menunggu izin
pelaksanaan PKL di GAW Bukit Kototabang, dengan hal ini akan diberikan surat
balasan oleh GAW Bukit Kototabang.
f.
Setelah mendapatkan
izin dari tempat PKL, kemudian ketua prodi akan memberikan dosen pembimbing PKL
kepada mahasiswa.
g.
Melakukan persiapan
PKL dengan mencari tempat tinggal di dekat tempat PKL dan menyiapkan hal-hal
yang dianggap perlu dalam pelaksanaan PKL di GAW Bukit Kototabang.
h.
Setelah waktu
pelaksanaan PKL tiba, maka mahasiswa akan berangkat ke tempat pelaksanaan PKL
di GAW Bukit Kototabang.
Di stasiun Pemantau Atmosfer
Global Bukit Kototabang ini, mahasiswa secara umum melakukan pengamatan yang
berhubungan dengan keadaan atmosfer bumi. Berbagai pengamatan seperti
pengamatan gas rumah kaca, pengukuran parameter
kualitas udara, dan pengukuran fisis atmosfer bumi. Pengukuran fisis atmosfer
bumi ini berkenaan dengan pengamatan meteo permukaan diantaranya pengukuran
temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, radiasi
matahari, arah, dan kecepatan angin.
2.
Mewujudkan Program Keterkaitan dan Kesepadanan Antara
Dunia Kerja dan Dunia Pendidikan
Dunia kerja pada umumnya akan memberikan suatu wawasan
baru bagi pemula. Seseorang akan dihadapkan pada situasi dan kondisi baru yang
mengharuskannya lebih mengutamakan kinerja dalam suatu pekerjaan. PKL merupakan
salah satu mata kuliah yang bisa menuntun mahasiswa untuk dapat menyepadankan
antara dunia kerja dan dunia pendidikan karena wawasan yang didapat di dunia
pendidikan akan di aplikasikan di dunia kerja.
Dunia pendidikan merupakan dunia pembelajaran mengenai
teori-teori yang akan diaplikasikan dalam dunia kerja. Studi yang telah kita
dapatkan di dunia pendidikan akan sangat berguna untuk diaplikasikan dalam
dunia kerja. Misalnya, studi tentang pengukuran temperatur di GAW Bukit
Kototabang dengan menggunakan termometer. Langkah-langkah kerja penggunaan
termometer yang telah dipelajari di dunia pendidikan akan membantu dan
mempermudah seseorang dalam pelaksanaannya di dunia kerja.
3.
Meningkatkan Wawasan dan Ilmu Pengetahuan Mahasiswa Baik
Secara Teknis Maupun Hubungan Sosial
Dalam kenyataannya, setiap wawasan dan pengetahuan yang
dimiliki jika tidak dikembangkan akan memberikan dampak yang tidak baik bagi
mahasiswa. Praktek kerja lapangan ini juga merupakan sarana yang digunakan
untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa baik secara teknis
maupun secara sosial. Secara teknis, mahasiswa dapat meningkatkan wawasan dan
ilmu pengetahuannya dengan mempelajari pengetahuan-pengetahuan baru yang belum
didapatkan di materi perkuliahan.
Bebagai kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan wawasan
yang lebih luas adalah:
a.
Melakukan aktifitas bersama para
pegawai yang ada di tempat Praktek kerja Lapangan.
b.
Berusaha untuk menjadikan
tempat PKL sebagai tempat menambah wawasan baru yang bermamfaat.
c.
Disamping kita lebih
mengetahui pengetahuan yang berhubungan secara teknik tetapi kita juga dapat
menyeimbangkannya
dengan hubungan sosial seperti kerja
sama dengan para pegawai di tempat Praktek kerja Lapangan tersebut.
d.
Mahasiswa dapat menanyakan
mengenai hal-hal
yang belum dimengerti kepada para pegawai yang berada di kantor GAW Bukit
Kototabang. Proses saling tanya jawab
tersebut akan meningkatkan hubungan sosial yang baik antara mahasiswa PKL
dengan para pegawai di GAW Bukit Kototabang.
Dengan demikian, maka akan
menambah pengetahuan mahasiswa PKL baik dibidang wawasan dan ilmu pengetahuan
maupun dibidang sosial.
4.
Membentuk
Perilaku Positif Bagi Para Mahasiswa Melalui Penyesuaian Diri Dengan Lingkungan
Kerja
Lingkungan kerja merupakan lingkungan nyata yang akan
dihadapi oleh mahasiswa setelah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi.
Setiap mahasiswa akan mendapati lingkungan baru yang sangat berbeda dengan
lingkungan di dunia pendidikan. Permasalahan tersebut tentu akan menyulitkan
mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut. Perilaku-perilaku
negatif akan timbul saat bekerja di suatu instansi yang baru ditemui. Seseorang
akan sangat mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan dengan kerja
yang baru tersebut, seperti mengalami kebosanan, sulit berkomunikasi dengan
para pegawai maupun atasan, dan lainnya sebagainya. Hal tersebut dapat
menghambat kinerja dan karir seseorang di dalam perusahaan tempat dia bekerja.
Untuk menangulangi hal-hal tersebut tentu kita harus
mengantisipasinya dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat kita lakukan
adalah dengan mengikuti Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di suatu instansi yang dapat mengembangkan wawasan dan ilmu
pengetahuan serta menunjang penyesuaian
diri untuk bekerja di lingkungan kerja yang lebih nyata.
B.
Metode
Khusus
1.
Belajar Melaporkan Hasil Pengamatan Yang Dilakukan Di Stasiun
Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang
merupakan stasiun pemantau yang berfungsi untuk melakukan pengamatan mengenai
pengukuran gas rumah kaca, pengukuran parameter kualitas udara, dan pengukuran
fisis atmosfer. Hasil pengamatan yang telah dilakukan akan di olah dan di
analisa oleh peneliti muda yang ada di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW)
Bukit Kototabang. Setelah proses analisa data telah dilakukan maka hasil yang
didapatkan akan di laporkan melalui web www.gaw-kototabang.com. Hasil pengamatan tersebut dapat kita akses dengan
mengunjungi halaman web tersebut.
Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Stasiun
Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang juga melakukan pengamatan yaitu
mengenai pengukuran parameter kualitas udara PM10 dengan menggunakan instrumen
BAM1020. Hasil pengamatan ini juga akan di olah dan di analisis oleh mahasiswa
yang dibantu oleh peneliti muda di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit
Kototabang. Setelah melakukan analisa data, maka hasilnya akan di tulis dalam
sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan yang telah mendapat bimbingan, baik dari
peneliti muda di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang maupun
dari dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Perguruan Tinggi.
2.
Mengetahui
Konsentrasi Aerosol PM10 dan
Kualitas Udara Pada Bulan Mei-Juni 2014 di
GAW Bukit Kototabang Menggunakan
BAM2010.
Aerosol PM10 merupakan partikulat
debu dengan ukuran diameter aerodinamik < 10 mikron. Dengan ukuran tebu yang sangat kecil ini dapat dengan
mudah terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru-paru. Konsentrasi
Aerosol yang berlebihan dan diatas baku mutu kualitas udara akan merusak
kualitas udara. Udara yang tidak bersih akan menyebabkan timbulnya berbagai
gangguan pada pernapasan.
Pengukuran
parameter kualitas udara sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi
parameter kualitas udara tersebut. Pengukuran yang dilakukan di Stasiun
Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang ini menggunakan instrumen
BAM1020. Hasil yang terukur oleh BAM1020 akan ditampilkan pada layar monitor
yang telah dihubungkan dengan BAM1020. Hasil tersebut secara otomatis akan
tersimpan pada komputer sehingga untuk menampilkan hasil pengukurannya kita
harus mendownload terlebih dahulu data yang tersimpan tersebut. Data yang
dihasilkan merupakan data per detik yang bisa dikonversikan ke data jam-jaman
dan harian serta bulanan.
Data
yang telah kita download, akan kita analisa hasil konsentrasinya. Konsentrasi aerosol yang terhitung akan diolah dan
dianalisa menggunakan polt grafi pada exel. Hasil
analisa konsentrasi aerosol tersebut akan kita bandingkan dengan ISPU(indeks standar pencemaran udara).
Jika konsentrasi aerosol melebihi standar ISPU maka bisa dikatakan bahwa
kualitas udara pada saat itu berada dalam keadaan tidak baik. Informasi ini
sangat berguna sekali bagi masyarakat karena dengan adanya informasi ini maka
masyarakat dapat mengetahui bahwa kualitas udara di suatu daerah bisa dikatakan
dalam keadaan baik atau tidak.
BAB IV
ANALISA KONSENTRASI AEROSOL PM10 UNTUK MENENTUKAN
KUALITAS UDARA PADA BULAN MEI-JUNI 2014 DIBUKIT KOTO TABANG MENGGUNAKAN BAM1020
A.
Tinjauan
Kondisi Ril
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit koto tabang
terletak di Kecamatan
Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Secara geografis, berada pada 0,20
dan 100,32
dengan 864,5
meter dpl .





Gambar 3. Pulau Sumatra (kiri), kawasan Bukit Kototabang (kanan),
GAW Bukit Kototabang(bawah)
Stasiun GAW Bukit Kototabang
berada di antara hutan hujan tropis dan jauh dari permukiman. Sehingga pengaruh
dari adanya udara emisi pada data sangat kecil. Data yang digunakan untuk
penelitian pada nilai ISPU adalah data dari udara ambien. Penelitian pengamatan
ISPU dilakukan pada parameter kimia kualitas udara yaitu Aerosol PM₁₀.
B.
Kualitas Udara
Secara umum,
kualitas udara diukur dengan mengamati apakah konsentrasi parameter pencemaran
udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah daripada Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU). Pemerintah menetapkan nilai ISPU untuk menjaga
kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Walaupun pemerintah telah menetapkan ISPU,
ada beberapa kelompok orang yang masih rentan terhadap pencemaran udara,
seperti anak-anak, lansia, penderita penyakit paru-paru dan jantung, yang akan
terpengaruh oleh pencemaran udara lebih dahulu walaupun konsentrasi pencemaran
udara yang terukur masih lebih rendah daripada ISPU. Ada 5 komponen pencemar
udara yang dimasukkan dalam ISPU, yaitu: karbon monoksida (CO), ozon permukaan
(O3), aerosol PM10, oksida nitrogen (NOx), dan sulfur dioksida (SO2).
Udara
adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya
paling bervariasi adalah air dalam bentuk H2O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara
bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992). Krupa (1997)
mengatakan bahwa polusi udara merupakan unsur-unsur pokok bahan kimia yang
ditambahkan pada atmosfir melalui aktivitas manusia sehingga menghasilkan
konsentrasi bahan kimia yang tinggi di atas permukaan tanah.
Pencemaran dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat dihasilkan dari berbagai kegiatan
seperti industri, transportasi,perkantoran dan perumahan. Berbagai kegiatan
tersebut memberikan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke
udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai
kejadian alam, seperti gunung meletus,kebakaran dan lain-lain. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara adalah salah satu komponen yang
mempengaruhi pencemaran lingkungan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan tidak berfungsi sesuai peruntukkannya.
Ancaman serius lain dari aktivitas manusia berkaitan
dengan kondisi udara adalah pemanasan global. Gas yang paling banyak berperan dalam
pemanasan global adalah CO2 yang banyak dikeluarkan oleh asap
industri, kendaraan motor dan kebakaran hutan. Menumpuknya CO2 dapat
menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan lapisan atmosfer menjadi bertambah
panas. Apabila panas lapisan atmosfer semakin meningkat akan menyebabkan
melelehnya lapisan es dikutub. Hal ini akan menggangu keseimbangan ekosistem,
diantaranya terjadi peningkatan permukaan air laut.
Menurut
Zaini (2008), polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil
pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama. Contoh sederhana adalah
pembakaran mesin diesel yang dapat menghasilkan partikulat (PM), nitrogen
oksida, dan precursor ozon yang semuanya merupakan polutan berbahaya.
Polutan yang ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile
Organic Compounds) ataupun partikulat.
C. Parameter Pencemaran Udara.
Ada 5
komponen pencemar udara yang dimasukkan dalam ISPU, yaitu: karbon monoksida
(CO), ozon permukaan (O3), aerosol PM10, oksida nitrogen (NOx), dan sulfur
dioksida (SO2).
1. Karbon Monoksida
(CO)
a)
Sifat
fisika dan kimia CO
Karbon dan Oksigen dapat bergabung
membentuk senyawa
karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon
dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan
senyawa yang tidak berbau,
tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna.
Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya
karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
b)
Sumber dan Distribusi CO
Karbon
monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya
adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk
dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai
listrik alam.
Sumber
CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku
pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi
didalam kendaraan sedan maupun bus.
c)
Dampak CO terhadap kesehatan
Kadar
CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut
jantung, ritme jantung menjadi
abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah peripheral.
2.
Ozon
Permukaan
a)
Sifat
Fisik Dan Kimia O3
Oksidan
(O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai
pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses
fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari
mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa
yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena
interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.
Ozon
merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen
dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi
lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi
dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km
dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan
memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul
O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar
matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi
elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam
metode-metode analitik.
b)
Sumber Dan Distribusi O3
Yang
dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan
peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam
bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon.
Karena pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya
perubahan pola pencemaran selama sehari dan dari suatu
tempat ketempat
lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam
pemantauan. Mencatat jumlah perjam per hari, perminggu, per musim atau per
tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang berguna untuk
melaporkan sejauh mana Ozon menjadi masalah.
c)
Dampak O3 Terhadap Kesehatan
Oksidan
fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses
pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi
mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan
kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh
apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan.
Kontak dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang
sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada
kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu
akan mengakibatkan edema pulmonari.
3. Nitrogen
Dioksida (NO2)
a)
Sifat
Fisika Dan Kimia NO2
Oksida
Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang
terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada
bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui
sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen
monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan
NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk
NO2.
Udara
terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya
sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya.
Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO
dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses
pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena
itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO
merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
b)
Sumber
Dan Distribusi NO2
Dari
seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan
tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena
tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah
adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya
akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar
NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara
pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb).
Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber
utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan
pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas, dan bensin.
c)
Dampak NO2 Terhadap Kesehatan
Oksida
nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan
bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah
dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambien
yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun.
Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat
tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan.
Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan
hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar
akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar
tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali,
dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2
bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm
dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian
tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2
sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang
diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama
10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
4. Sulfur
Dioksida (SO2)
a)
Sifat
Fisika Dan Kimia SO2
Pencemaran
oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan
keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau
yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida
merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran
bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur
oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah
SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
b)
Sumber
Dan Distribusi SO2
Sepertiga
dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia
dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan
kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber
alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.
Masalah
yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah
ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu.
Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar
merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber
pencemaran Sox, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan
sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti
pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan
sebagainya.
c)
Dampak
SO2
Terhadap
Kesehatan
Pencemaran
SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman
terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh
utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar
5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi
pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada
sistem pernafasan kadiovaskular.
5.
Partikel Debu
a)
Sifat
Fisika Dan Kimia Partikel Debu
Partikulat
debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat
rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan
diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500
mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif
lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan
juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
Karena
Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat
dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan
partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode
pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total
Suspended Particulate (TSP), balack smake.
Istilah
lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat
debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama
mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal
tenggorokan
(larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu
dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur
fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
b)
Sumber
Dan Distribusi Partikel Debu
Secara
alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa
oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau
bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang
tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat
debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak
sempurna sehingga terbentuk aerosolkompleks dari butir-butiran tar.
Dibandingkan dengan pembakaraan batu
bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih
sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total
emisi partikulat debu.
Demikian
juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM
yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan
penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga
dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.
c)
Dampak Partikel Debu Terhadap Kesehatan
Jika dikaitkan dengan bahan pencemar udara, debu
sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1-25 mikron. Debu
termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan partikulat adalah
zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun, debu, asap,
fumes dan fog. Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik
(Slamet,2000) Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai
partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan
ukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah partikel
halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak.
Polutan berupa partikulat
tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah satu
komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat
diklasifikasikan menjadi 3; yaitu coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10)
berukuran 2,5-10 μm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban
atau kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran.
Partikel seukuran ini dapat masuk
dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru (trakheobronkial);
sedangkan fine PM (<2,5 μm) dan ultrafine (<0,1 μm) berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil dan dapat dengan mudah terdeposit dalam unit
terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistemik.
Klasifikasi berdasar ukuran ini juga terkait dengan akibat buruk partikel
tersebut terhadap kesehatan. Kadar baku mutu kadar debu dan partikulat menurut Environmental
Protection Agency (EPA), dan Peraturan Pemerintah dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 3. Baku mutu kadar debu
dan partikulat
Polutan
|
Satuan
|
Baku
Mutu
|
Waktu
Pengambilan Sampel
|
|||||
EPA
|
Kep.Gub.
DKI No. 551/2001
|
|||||||
|
μg/Nm3
|
150
|
150
|
24
jam
|
||||
|
μg/Nm3
|
65
|
65
|
24
jam
|
||||
Dustfall(debu
jatuh)
|
ton/km2/bulan
|
-
|
10
|
30
jam
|
||||
|
μg/Nm3
|
260
|
230
|
24
jam
|
D.
Insrumen
Pengukuran
Instrumen
pengukuran yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi Pm10 adalah BAM
1020. Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip pelemahan partikel
beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita filter yang
terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter fiber tidak lain
adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa.

Gambar 3. BAM 1020
E.
Metodelogi
Penelitian
Stasiun Pemantau
Atmosfer Global Bukit Kototabang menggunakan instrumen yang dinamakan BAM1020
untuk mengamati variabilitas PM10 di udara ambien. Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip
pelemahan partikel beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita
filter yang terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter
fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang
dihisap oleh pompa.
Pelemahan spesifik
fluks partikel beta oleh materi padatan yang terkumpul dalam pita filter fiber
sebanding dengan massa padatan tersebut. Selanjutnya massa yang telah
terdeteksi oleh pelemahan partikel beta dibagi oleh volume udara yang yang
terkumpul selama 1 jam sampel menghasilkan konsentrasi PM10 yang
terkandung dalam satu volume udara ambien. Kerena salah satu tujuan pengamatan variabilitas
PM10 dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat kualitas udara maka
data keluaran istrumen berupa konsentrasi PM10 rerata per jam
dirubah ke dalam bentuk data rerata harian disesuaikan dengan kriteria kualitas
udara untuk parameter PM10 yang berbasis rerata harian.
Data berbasis harian
ini selanjutnya dipadukan dengan indeks ISPU dan baku mutu udara nasional
seperti yang ditetapkan PP No.41 Tahun 1999 untuk mendapat gambaran tingkat
kualitas udara di udara latar Bukit Kototabang.
F.
Hasil
dan Pembahasan
1. Konsentrasi
harian PM10 pada bulan mei-juni
2014
Konsentrasi PM10 yang
terukur pada pada bulan mei 2014 dapat terlihat pada gambar 4.

Gambar
4.Konsentrasi harian PM10 pada bulan juni 2014
Konsentrasi PM10 yang terukur pada pada bulan
juni 2014 dapat terlihat pada gambar 5.

Gambar
5. Konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan juni 2014
Perbandingan konsentrasi PM10 yang
terukur pada bulan mei-juni 2014 dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar
6. Perbandingan konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan mei-juni 2014.
Dari
data aerosol PM10 pada bulan mei-juni 2014 dapat pula diketahui bahwa
tidak ada konsentrasi PM10
yang melewati nilai baku mutu udara nasional. Seluruh konsentrasi harian
PM10 Bukit Kototabang tercatat dibawah nilai baku mutu udara
nasional untuk Aerosol PM10, yaitu 0,150 mg/m3.
Jika
konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan mei-juni 2014 dikaitkan dengan
kategori kualitas udara menurut kriteria ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara),
maka seluruh data pengamatan rerata harian bulan mei-juni 2014 masuk dalam kategori baik dengan lebih
dari 50% konsentrasi rerata harian terbanyak ada pada rentang 10 – 20 µg/m3.
Maka dapat dikatakan bahwa kualitas udara pada bulan mei-juni 2014 berada dalam
keadaan baik menurut data hasil pengamatan aerosol PM10.
2. Perbandingan
Konsentrasi Aerosol PM10
dengan SPM (HVAS) pada bulan mei-juni 2014
Perbandingan konsentrasi aerosol pm10 dengan berat spm
(hvas) pada bulan mei-juni 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar.
Konsentrasi Aerosol pM10 pada tanggal 3,9,15,21,27 mei dan 2,8,26 juni 2014.

Gambar
7. Konsentrasi Aerosol pM10 pada tanggal 3,9,15,21,27 mei dan 2,8,26 juni 2014.
Grafik
perbandingan antara konsentrasi PM10 dan beart TSP pada bulan mei-juni 2014
dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. perbandingan antara
konsentrasi PM10 dan beart TSP pada bulan mei-juni 2014.
Konsentrasi aerosol berdasarkan
berat TSP (HVAS) cenderung lebih besar dari kondisi aerosol PM10. Hal ini disebabkan
karena pada berat TSP yang diukur merupakan berat keseluruhan aerosol baik yang
berukuran kecil maupun yang berukuran besar. Sedangkan untuk konsentrasi
aerosol PM10 hanya mengukur aerosol yang berukuran kecil yaitu kecil dari 10
μm.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa
dan perbandingan antara nilai konsentrasi
aerosol pm10 dengan nilai spm (hvas) pada bulan mei-juni 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Konsentrasi harian PM10 masih di dibawah nilai baku mutu udara nasional untuk Aerosol PM10, sedangkan menurut kriteria ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) konsentrasi harian PM10 masuk kategori baik.
- Konsentrasi aerosol berdasarkan berat TSP (HVAS) cenderung lebih besar dari kondisi aerosol PM10. Hal ini disebabkan karena pada berat TSP yang diukur merupakan berat keseluruhan aerosol baik yang berukuran kecil maupun yang berukuran besar.
- Konsentrasi rata – rata PM10 pada bulan mei 2014 sebesar 0,013 mg/m3. sedangkan Konsentrasi rata – rata PM10 pada bulan juni 2014 sebesar 0,015 mg/m3.
B.
Saran
Analisa pengukuran aerosol PM10 ini merupakan hasil
pengukuran yang telah di konversikan ke data harian. Disarankan melihat juga
perbandingan data jam-jamannya.
KEPUSTAKAAN
Herizal,
Y. Andri, dan C. Siregar. 2007.
Konsentrasi Aerososl PM10 Bukit Kototabang Periode Oktober – November 2007.
Buletin Volume I 2007 Bukit Kototabang. Stasiun Pemantau Atmosfer Global
Bukit Kototabang.
Lakitan,
Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi.
PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Wardhana, W.A., 1995. Dampak
Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta : Andi Offset, Yogyakarta.
Y.
Andri. 2013. Pengukuran Konsentrasi
Aerosol Pm10 Di Bukit Kototabang
Tahun 2013. Buletin Volume I 2013 Bukit Kototabang. Stasiun Pemantau
Atmosfer Global Bukit Kototabang.