Sabtu, 09 Januari 2016

laporan PKL GAW Bukit Kototabang



LAPORAN PRAKTEK  KERJA LAPANGAN

ANALISA KONSENTRASI  AEROSOL PM10 UNTUK MENENTUKAN KUALITAS UDARA PADA BULAN MEI-JUNI 2014 DIBUKIT KOTO TABANG
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Graphic2

Oleh
RISALDI PUTRA
1101450 (2011)

Dosen Pembimbing
Dr. Hamdi, M.Si


PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014



Untitled-1 copyKATA PENGANTAR

Puji  syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan yang merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan dan dapat pula menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Analisa Konsentrasi  Aerosol Pm10 Untuk Menentukan Kualitas Udara Pada Bulan Mei-Juni 2014 Dibukit Koto Tabang”.
Praktek Kerja Lapangan ini yang dilaksanakan mulai 1 Juli sampai dengan 25 Juli 2014 pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang ini banyak memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis. Selama praktek hingga tersusunnya laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Penulis melalui kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Bapak Drs. Akmam, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah memberi izin dan membantu dalam kelancaran PKL
2.    Ibu Dra. Hidayati, M.Si sebagai Ketua Prodi yang telah banyak membantu dan memberi saran dalam pelaksanaan PKL ini.
3.    Ibu Dr. Hj. Ratnawulan, M.Si sebagai penasehat akademik yang telah memberikan bantuan dan saran dalam pelaksanaan PKL ini.
4.    Bapak Dr. Hamdi, M.Si sebagai dosen pembimbing di kampus yang telah memberi nasehat, dukungan dan waktu yang sangat berharga selama penyelesain laporan ini.                 
5.    Bapak Edison Kurniawan, S.Si, M.Si selaku kepala GAW Bukit Kototabang yang menerima dan telah member izin penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan di Stasiun GAW.
6.    Bapak Budi Satria, S.Si selaku kepala Seksi Kasi Obsevasi dan Bapak Ahmad Zakaria, S.ST selaku kepala Seksi Data dan Informasi yang telah menjadi pembimbing penulis serta telah memberikan pembagian kerja selama penulis melaksanakan PKL di stasiun GAW.
7.    Orang tua yang telah memberi izin untuk melaksanakan PKL dan selalu member semangat dan memberi dukungan serta doa restu.
8.    Bapak Agusta Kurniawan, M.Si, Pak Alberth Nahas, S.Si, M.CC, pak Harika Utri, S.kom, pak Yosfi Andri, ST, pak Aulia Rinadi, S.Si, pak Rinaldi, A.md, dan staff lainya yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penulis melaksanakan PKL di stasiun GAW.
9.    Teman satu perjuangan Bavitra, Imran Razat dan Mulyandri Putra yang selalu memberi dukungan dan kehebohan sehingga mendapatkan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan selama PKl.
10.  Teman-teman tercinta Fisika NK 11 yang selalu memberi dukungan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan isi laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Padang,      Oktober 2014

Penulis
  

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  Pelaksanan PKL
Praktek kerja lapangan adalah salah satu mata kuliah yang terdapat  pada program studi Fisika FMIPA UNP.  Mata kuliah ini merupakan sarana untuk belajar  melalui pengamatan secara langsung, melalui mata kuliah ini diharapkan tumbuh minat mahasiswa untuk menata dan mengembangkan kemampuannya. Sebelumnya mahasiswa telah dibekali dengan perkuliahan secara teoritis, disamping itu juga dibekali dengan praktek laboratorium. Untuk melengkapi ilmu yang telah diperoleh mahasiswa di kampus, maka  dipandang perlu pembelajaran pengamatan secara langsung ke instansi-instansi maupun perusahaan yang relevan di luar kampus, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral  (DESDM), GAW, Telkom, PT Persero dan instansi lainnya sesuai dengan bidang kajian mahasiswa tersebut. Dengan demikian mahasiswa dapat  pengalaman dan gambaran awal tentang dunia kerja, serta belajar beradaptasi langsung dengan lingkungan dunia kerja.
Pelaksanaan PKL pada suatu lembaga seperti GAW, dimana ruang lingkup utamanya yaitu mengarah ke kajian tentang pengamatan, pengumpulan, penyebaran, pengolahan dan analisis komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer. Berbagai macam pengamatan yang dilakukan oleh stasiun GAW ini yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang bisa digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan keadaan permukaan bumi. Perubahan iklim yang tidak menentu dan penyebaran gas rumah kaca yang semakin besar juga akan menyebabkan perubahan kualitas udara dipermukaan bumi.
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang merupakan salah satu stasiun di daerah ekuatorial yang penting dalam program pengamatan atmosfer secara global karena secara umum pengukuran kondisi atmosfer dan kualitas udara di daerah ini sangat terbatas. Ada tiga program pengamatan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, yaitu : Pengamatan Gas Rumah Kaca, Pengamatan Kualitas Udara, dan Parameter Fisis Atmosfer.
Secara umum, kualitas udara diukur dengan mengamati apakah konsentrasi parameter pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah daripada Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Pemerintah menetapkan nilai ISPU untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Walaupun pemerintah telah menetapkan ISPU, ada beberapa kelompok orang yang masih rentan terhadap pencemaran udara, seperti anak-anak, lansia, penderita penyakit paru-paru dan jantung, yang akan terpengaruh oleh pencemaran udara lebih dahulu walaupun konsentrasi pencemaran udara yang terukur masih lebih rendah daripada ISPU. Ada 5 komponen pencemar udara yang dimasukkan dalam ISPU, yaitu: karbon monoksida (CO), ozon permukaan (O3), aerosol PM10, oksida nitrogen (NOx), dan sulfur dioksida (SO2). Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang telah mengukur kelima parameter tersebut.
Aerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada di udara (juga disebut abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Sedangkan PM10 atau particulate matter 10 merupakan partikel atau debu yang berada di udara yang memiliki ukuran tidak lebih dari 10 μm (mikrometer) atau seperseratus milimeter. Aerosol dengan ukuran ini, apabila dijumpai dalam konsentrasi yang tinggi akan dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengukuran konsentrasi PM10 sangat penting untuk dilakukan.
Pengukuran konsentrasi PM10 dilakukan menggunakan instrumen yaitu BAM1020. Beta Atteunation Monitoring ( BAM ) 1020 Analyzer adalah peralatan sampling otomatis untuk mengukur parameter aerosol ukuran PM10 . Dimana prinsip kerja Udara ambient dihisap menggunakan motor listrik  masuk melalui inlet cyclone dimana jika partikel tersebut kecil akan mengalir melalui pipa aluminium karena beratnya ringan dan jika partikel lebih besar dari PM 10  maka akan berputar-putar dan tidak akan masuk ke BAM 1020 Analyzer. Kemudian Partikel debu tersebut mengalir melewati kertas filter  melalui Nozzel dan akan menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur menggunakan sinar Beta dengan metode pengecilan atau pelemahan sinar beta oleh ketebalan konsentrasi debu PM 10 yang menempel pada kertas filter.
Berdasarkan uraian dan informasi tersebut diatas maka perlu sekali dilakukan analisa dan pengukuran konsentrasi Aerosol PM10 untuk menentukan kualitas udara di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit koto tabang.
B.     Pembatasan Masalah
Batasan masalah pada laporan ini yaitu analisa konsentrasi aerosol PM10 untuk menentukan kualitas udara pada bulan mei-juni 2014 di bukit koto tabang menggunakan BAM1020.
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan dilaksanakan praktek kerja lapangan adalah :
a.       Memberikan pengalaman praktek kerja secara langsung bagi mahasiswa dan menggali berbagai masalah yang muncul di lapangan.
b.      Mewujudkan program keterkaitan dan kesepadanan antara dunia industri dan dunia pendidikan.
c.       Meningkatkan keterampilan dan wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa baik secara teknis maupun hubungan sosial
d.      Membentuk perilaku positif bagi para mahasiswa melalui penyesuaian diri dengan lingkungan kerja.
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini adalah
a.       Belajar melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan di  lapangan.
b.      Mengetahui konsentrasi Aerosol PM10 dan kualitas udara pada bulan Mei-Juni 2014 di GAW Bukit Kototabang  menggunakan BAM2010.
D.    Manfaat
1.      Manfaat dilaksanakan PKL
Adapun mamfaat dilaksanakannya PKL ini yaitu:
a.       Membantu memberikan pembekalan pengetahuan, Wawasan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang praktek kerja lapangan secara nyata.
b.      Memupuk rasa kebersamaan tim secara baik, terutama dalam mensukseskan suatu program kerja.
c.       Memberikan pengalaman praktek kerja secara langsung dan mengetahui berbagai masalah yang timbul di lapangan saat praktek kerja dilaksanakan.
d.      Saling tukar-menukar informasi di bidang teknologi antara lembaga sebagai pengguna teknologi dengan perkembangan pengetahuan yang terjadi di lembaga perguruan tinggi.
2.      Manfaat Penulisan laporan PKL
Adapun mamfaat penulisan PKL ini adalah sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui konsentrasi aerosol PM10 di Bukit Kototabang.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A.    Tempat dan Waktu PKL
Pelaksanaan Praktek kerja lapangan dimulai pada tanggal 1 juli sampai dengan 31 juli 2014. Tempat pelaksanaan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Koto Tabang, Kab. Agam, Sumatera Barat, Indonesia.
B.     Mekanisme Pelaksanaan PKL
Mahasiswa yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit Koto Tabang berjumlah empat orang dan dibagi menjadi dua kelompok. Mahasiswa diberi pengenalan dan arahan tentang apa yang akan dilaksanakan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit Koto Tabang. Hal ini ditujukan agar mahasiswa lebih mudah untuk melaksanakn tugas yang terdapat di stasiun tersebut.
Jadwal masuk Praktek Kerja mahasiswa bukan berdasarkan sift kerja karyawan, tetapi telah ditentukan yaitu masuk pada hari senin sampai jumat pada pukul 08.00-15.00 wib. Hal ini dikarenakan bahwasanya Praktek Kerja lapangan yang dilakukan adalah pada bulan puasa. Seadngkan pada hari-hari lainnya masuk kerja adalah pada pukul 07.00-16.00 wib.
Pelaksanaan praktek kerja diawali dengan pengenalan nama alat, fungsi alat, prosedur kerja penggunaan alat, serta koordinator yang bertanggung jawab masing-masing alat. Mahasiswa di beri tugas harian dan di catat di logbook seperti yang dilakukan oleh para staff karyawan yang bekerja di stasiun GAW Bukit Koto Tabang. Jika mahasiswa mendapat kendala dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan maka karyawan siap memberikan arahan dan pengetahuan dan solusi untuk menyelesaikan kendala tersebut. Biasanya arahan ini ini diberiakn dalam bentuk tanya jawab antara mahasiswa dan karyawan.
C.    Deskripsi Instansi/ Perusahan Tempat Pelaksanaan PKL
1.      Sejarah Singkat Stasiun GAW Bukit Koto Tabang
Badan Meteorologi Dunia (WMO) merupakan salah satu badan teknis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). WMO pada tahun 1950 melucurkan program untuk mengkordinasikan pengukuran ozon di atmosfer yang dilakukan oleh negara-negara anggotanya. Program ini dinamakan GO3OS (Global Ozone Observing System). Program GO3OS pada awalnya murni kegiatan keilmuan. Selanjutnya pada tahun 1960 WMO meluncurkan program lain yang dinamakan BAPMON (Background Air Pollution Monitoring Network), program ini juga murni program keilmuan.
Setelah 20 tahun program tersebut dijalankan mendapatkan hasil yang mengejutkan para ilmuwan tentang nasib masa depan planet bumi kita. Dari program GO3OS didapat data menurunnya konsentrasi ozon stratosfer. Padahal ozon di stratosfer sangat diperlukan untuk menyerap radiasi ultraviolet sehingga radiasi ultraviolet yang diterima permukaan bumi ada dalam takaran yang tidak membahayakan mahluk hidup. Selanjutnya dari program BAPMON didapat hasil tren peningkatan konsentrasi spesis gas tertentu di atmosfer kita yang kemudian dinamakan orang gas rumah kaca (GRK). Jumlah GRK yang berlebihan menyebabkan radiasi yang diemisi bumi sulit keluar dari atmosfer bumi kita sehingga menimbulkan pemanasan di permukaan bumi. Fenomena ini dikenal sebagai sinyal pemanasan global yang bermuara pada perubahan iklim.
Agar pengukuran dan kegiatan riset yang dilakukan oleh kedua program tadi menjadi lebih padu, tahun 1989 WMO menggabung kedua program tadi menjadi satu program yang dinamakan Global Atmosphere Watch (GAW). Stasiun yang menjadi tulang punggung awal program GAW adalah stasiun-stasiun tempat program GO3OS dan BAPMON diselenggarakan. Meskipun stasiun-stasiun yang menjadi tulang punggung awal program GAW telah memberikan kontribusi yang besar bagi pengetahuan kita tentang perubahan iklim, namun berbicara dalam perspektif global masih ada tempat di muka bumi yang informasinya diperlukan namun belum ada kegiatan pengukuran sama sekali.
Pertemuan ilmuwan mancanegara dengan dukungan dewan eksekutif WMO yang diselenggarakan tahun 1991 merekomendasikan 6 (enam) negara sebagai lokasi stasiun GAW baru sehingga semua permukaan bumi terwakili.
Keenam negara tersebut adalah Aljazair, Argentina, Brazil, Cina, Indonesia dan Kenya. Untuk Indonesia tempat yang paling cocok untuk implementasi program GAW adalah Bukit Kototabang. Program GAW mulai diselenggarakan di Indonesia tahun 1996 oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Selanjutnya organisasi dimana program GAW diselenggarakan dinamakan Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, nama ini dinisbahkan dari translasi GAW dalam bahasa Indonesia, yaitu Pemantauan Atmosfer Global.
Pada awalnya Stasiun GAW Bukit Kototabang merupakan bagian dari kegiatan Stasiun Geofisika Padang Panjang. Namun sejak Oktober 2004 stasiun ini telah menjadi satuan kerja sendiri dibawah BMG LPND.
Gambar 1. Jaringan GAW global yang mewakili berbagai lokasi dengan variasi letak astronomis, geografis, dan topografis.
2.      Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya BMKG yang tanggap dan mampu memberikan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan aktif di tingkat internasional.
Misi
a.       Mengamati dan memahami fenomena Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
b.       Menyediakan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika yang handal dan terpercaya
c.        Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
d.       Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
3.      Struktur  Organisasi
Kepala Stasiun GAW                   : Edison Kurniawan, S.Si, M.Si
Kepala Subag Tata Usaha             : Rudi Anuar Yudha Trisaputra, SP
Kepala Seksi Data dan Informasi : Ahmad Zakaria, S.ST
Kepala Seksi Observasi                 : Budi Satria, S.Si
Kelompok Fungsional                   : Agusta Kurniawan, M.Si
                                                        Alberth Christian Nahas, S.Si, M.Sc
                                                        Darmadi, A.Md
                                                        Aulia Rinaldi, S.Si
                                                        Yosfi Andri, ST
                                                        Harika Utri, S.Kom
                                                        Reza Mahdi, ST
                                                        Rinaldi, A.Md
                                                        Yosi Juita, SE
                                                        Yasri
                                                        Diko Revano Umbara, A.Md
                                                        Dwi Lestari Sanur, A.Md
                                                        Abibagus Indrawan
                                                        Ikhsan Buyung Arifin
                                                        Ibrahim
                                                        Pak Am
                                                        Firdaus
                                                        Rahma Nanda
Gambar 2. Struktur organisasi GAW Bukit Koto Tabang.
4.      Aktifitas Instansi/ perusahaan
Adapun secara umum tugas dan fungsi Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Koto Tabang meliputi :


Tugas :
Melaksanakan pengamatan, pengumpulan, penyebaran, pengolahan dan analisis komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
Fungsi :
a.       Pengamatan komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
b.      Pengumpulan dan penyebaran komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
c.       Analisa dan pengolahan komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer.
d.      Pelayanan informasi komposisi kimia atmosfer, gas-gas rumah kaca dan parameter fisis atmosfer dan indikasi perubahan iklim.
e.       Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan.
Program pengamatan yang dilakukan di GAW Bukit Kototabang terbagi menjadi tiga program pengukuran, yaitu:
a.    Pengukuran Gas Rumah Kaca, meliputi pengukuran konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan sulfur heksafluorida (SF6).
b.     Pengukuran parameter kualitas udara, seperti aerosol PM10, ozon permukaan (O3), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), pH dan konduktivitas air hujan.
c.    Pengukuran fisis atmosfer yang meliputi temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, radiasi matahari, arah, dan kecepatan angin.
5.      Peralatan
Secara umum peralatan-peralatan yang ada di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit koto Tabang meliputi peralatan meteorologi untuk pengamatan data cuaca harian serta peralatan pendukung sarana komunikasi dan informasi.
Adapun peralatan yang terdapat di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) koto Tabang, yaitu :
Tabel 1. Instrumentasi di GAW Bukit Kototabang
NO
Instrumen
Parameter Yang Diukur
Gambar Alat
1
Airkit Flask Sampler
Gas Rumah Kaca
2
Picarro G1301

Karbon Dioksida dan
Metana
NO
Instrumen
Parameter Yang Diukur
Gambar Alat
3
TEI 48 C dan Horiba
APMA360
Karbon Monoksida
4
BAM 1020
Aerosol PM10
5
Nephelometer dan
Aethalometer

Koefisien Hamburan
Cahaya Aerosol PM2.5 dan
Black Carbon
6

Pyranometer,
Pyrheliometer &
Pyrgeometer
Radiasi Matahari
7
Mobile Automatic
Weather Station
Cuaca Permukaan
NO
Instrumen
Parameter Yang Diukur
Gambar Alat
8
PUF Disk Sampler
Polutan Organik
9
High Volume Air Sampler
Debu Total
10
Passive Gas Holder
SO2 dan NO2
11
Partisol Sampler
Kimia Aerosol
12
Rain Water Sampler
Kimia Air Hujan
NO
Instrumen
Parameter Yang Diukur
Gambar Alat
13
pH Meter &
Conductivitymeter

pH dan Konduktivitas Air
Hujan
14
TEI 49C
Ozon Permukaan
15
TS 42i dan TS 43i, Trace
Level

Oksida Nitrogen dan Sulfur
Dioksida

D.    Aktifitas PKL beserta Hambatan dan Solusinya
Selama praktek kerja lapangan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang mahasiswa secara umum melakukan pengamatan yang berhubungan dengan keadaan atmosfer bumi. Berbagai pengamatan seperti pengamatan gas rumah kaca,  pengukuran parameter kualitas udara, dan pengukuran fisis atmosfer bumi. Pengukuran fisis atmosfer bumi ini berkenaan dengan pengamatan meteo permukaan diantaranya pengukuran temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, radiasi matahari, arah, dan kecepatan angin. Pengukuran ini dilakukan tiap-tiap jam 10.00-13.00-15.00 wib. Sedangkan pengukuran parameter kualitas udara dilakukan selama 24 jam setiap harinya.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan ini yaitu seperti tertera pada tabel 2 berikut ini.
No
Hari / Tanggal
Kegiatan
1
Selasa / 01-07- 2014
1.      Penyambutan dan sekaligus orientasi pengenalan Stasiun Pemantau Atmosfer Global oleh bapak Edison Kurniawan, M.Si (Kepala SPAG).
2.      Pengaturan jadwal kegiatan lapangan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global.
a.       Minggu 1 : orientasi lapangan
b.      Minggu 2 : pengolahan data
c.       Minggu 3 : analisis data
d.      Minggu 4 : persiapan presentasi dan presentasi
3.      Orientasi pengenalan alat-alat observasi yang terdapat di Stasiun GAW oleh bapak Budi Satria, S.Si, seperti :
a.       Ozon Analyzer, CO analyzer, HVAS
b.      Flanometer, BAM 1020, Nephlometer
c.       Air Flask Sampler, AWS
d.      Passive Air Sampler, Picarro Analyzer
e.       Boundary Layer Radar, Pyranometer
4.      Pengambilan Air Sampling Quick (sampel udara).
2
Rabu / 02-07-2014
1.      Pengukuran temperatur maksimum dan temperatur minimum SPAG.
2.      Pengukuran temperatur bola basah dan temperatur bola kering yang dilakukan 3 kali dalam sehari dengan waktu pengukuran pada  jam 10.00, 13.00, 16.00 WIB.
3.      Pengukuran pH air hujan.
4.      Belajar mendownload data Anemometer dan Barometer.
5.      Belajar Akuisisi data AWS.
6.      Belajar membuat laporan Bulanan dengan menyatukan data harian dalam satu bulan.
No
Hari / Tanggal
Kegiatan
3
Kamis / 03-07-2014
1.      Mengganti pias camble stoke yang terdapat pada alat pemantau lamanya penyinaran matahari dalam satu hari.
2.      Pengukuran termometer bola basah dan bola kering.
3.       Belajar mendownload data Barometer dan Anemometer.
4.      Mengganti filter HVAS dan pengukurannya.
5.      Belajar mendownload data BAM 1020 (Aerosol).
6.      Mengukur partisel Aerosol.
4
Jumat / 04-07-2014
1.      Pengukuran termometer bola basah dan bola kering
2.      Pengamatan Aerosol dengan menggunakan alat Dust Trak.
5
Senin / 06-07-2014
1.      Pengukuran pH air hujan dengan memakai dua sampel yaitu :
a.       Sampel observasi (OBS)
b.      Sampel ARWS dan sampel ARG, dengan hanya mengukur sampel ARWS.
2.      Pengukuran termometer bola basah dan bola kering.
3.      Belajar cara pengoperasian alat DustTrak (TST) sekaligus mengambil data dari hasil pengukuran Aerosol.
4.      Akuisisi data BAM 1020.
5.      Akuisisi data Aerosol.
6
Selasa / 07-07-2014
1.      Pemasangan filter HVAS
2.      Download data AAWS
3.      Akuisisi data PM10
7
Rabu / 08-07-2014
1.      Belajar mendownload data MAWS
2.      Belajar mendownload data NO
3.      Belajar mendownload data Ozon
8
Kamis / 10-07-2014
1.      Pemasangan filter partisol
2.      Pengamatan meteo permukaan
3.      Pemasangan filter passive gas
9
Jumat / 11-07-2014
1.      Pengamatan meteo permukaan dan Belajar pengolahan data Dafid
2.      Mengolah data Aerosol PM10
10
Senin / 21-07-2014
1.        Pengamatan meteo permukaan dan belajar pengolahan data
11
Selasa / 22-07-2014
1.      Pengamatan meteo permukaan
2.      Konsultasi judul/ laporan
No
Hari / Tanggal
Kegiatan
12
Rabu /23-07-2014
1.      Pengamatan meteo permukaan
2.      Pengolahan data laporan
13
Kamis / 24-07-2014
1.      Pengamatan meteo permukaan
2.      Pemasangan pias camble stoke
3.      Pengolahan data laporan
14
Jumat / 25-07-2014
4.      Pengamatan meteo permukaan
5.      Pengolahan data laporan

E.     Hambatan dan solusinya
Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan PKL yaitu sulitnya pemahaman mengenai Software yang digunakan pada saat pengolahan data di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit koto tabang ini. Adapun solusi yang untuk memahami dan menyelesaikan masalah ini yaitu adanya bimbingan dan arahan yang diberikan oleh para staff pegawai di GAW bukit koto  tabang.









BAB III
METODE PENCAPAIAN HASIL PKL
A.    Metode Umum
1.      Pengalaman Praktek Kerja Secara Langsung Di Lapangan
Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu mata kuliah yang  bertujuan sebagai sarana bagi mahasiswa untuk dapat melakukan pengamatan langsung ke lapangan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang ini sangat membantu mahasiswa dalam mempelajari berbagai jenis pengamatan yang berhubungan dengan fisika.
Adapun proses yang dilakukan untuk mencapai pengalaman praktek kerja secara langsung di lapangan dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini:
a.       Sebelum melakukan PKL, mahasiswa akan diberi pengarahan oleh Ketua prodi tentang bagaimana tempat dan proses pelaksanaan PKL di suatu instansi.
b.      Memilih dan mengajukan tempat PKL dan meminta persetujuan ketua prodi mengenai tempat PKL yang  diajukan tersebut.
c.       Setelah ketua prodi menyetujui tempat PKL, kemudian mengurus surat izin pelaksanaan PKL selama 1 bulan ke fakultas untuk diserahkan ke GAW Bukit Kototabang.
d.      Mengantarkan surat izin pelaksanaan PKL ke GAW Bukit Kototabang sekaligus menanyakan tentang pelaksanaan PKL yang akan dilakukan.
e.       Menunggu izin pelaksanaan PKL di GAW Bukit Kototabang, dengan hal ini akan diberikan surat balasan oleh GAW Bukit Kototabang.
f.       Setelah mendapatkan izin dari tempat PKL, kemudian ketua prodi akan memberikan dosen pembimbing PKL kepada mahasiswa.
g.      Melakukan persiapan PKL dengan mencari tempat tinggal di dekat tempat PKL dan menyiapkan hal-hal yang dianggap perlu dalam pelaksanaan PKL di GAW Bukit Kototabang.
h.      Setelah waktu pelaksanaan PKL tiba, maka mahasiswa akan berangkat ke tempat pelaksanaan PKL di GAW Bukit Kototabang.
Di stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang ini, mahasiswa secara umum melakukan pengamatan yang berhubungan dengan keadaan atmosfer bumi. Berbagai pengamatan seperti pengamatan gas rumah kaca,  pengukuran parameter kualitas udara, dan pengukuran fisis atmosfer bumi. Pengukuran fisis atmosfer bumi ini berkenaan dengan pengamatan meteo permukaan diantaranya pengukuran temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, radiasi matahari, arah, dan kecepatan angin.
2.      Mewujudkan Program Keterkaitan dan Kesepadanan Antara Dunia Kerja dan Dunia Pendidikan
Dunia kerja pada umumnya akan memberikan suatu wawasan baru bagi pemula. Seseorang akan dihadapkan pada situasi dan kondisi baru yang mengharuskannya lebih mengutamakan kinerja dalam suatu pekerjaan. PKL merupakan salah satu mata kuliah yang bisa menuntun mahasiswa untuk dapat menyepadankan antara dunia kerja dan dunia pendidikan karena wawasan yang didapat di dunia pendidikan akan di aplikasikan di dunia kerja.
Dunia pendidikan merupakan dunia pembelajaran mengenai teori-teori yang akan diaplikasikan dalam dunia kerja. Studi yang telah kita dapatkan di dunia pendidikan akan sangat berguna untuk diaplikasikan dalam dunia kerja. Misalnya, studi tentang pengukuran temperatur di GAW Bukit Kototabang dengan menggunakan termometer. Langkah-langkah kerja penggunaan termometer yang telah dipelajari di dunia pendidikan akan membantu dan mempermudah seseorang dalam pelaksanaannya di dunia kerja.
3.  Meningkatkan Wawasan dan Ilmu Pengetahuan Mahasiswa Baik Secara Teknis Maupun Hubungan Sosial
Dalam kenyataannya, setiap wawasan dan pengetahuan yang dimiliki jika tidak dikembangkan akan memberikan dampak yang tidak baik bagi mahasiswa. Praktek kerja lapangan ini juga merupakan sarana yang digunakan untuk meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa baik secara teknis maupun secara sosial. Secara teknis, mahasiswa dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuannya dengan mempelajari pengetahuan-pengetahuan baru yang belum didapatkan di materi perkuliahan.
Bebagai kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas adalah:
a.       Melakukan aktifitas bersama para pegawai yang ada di tempat Praktek kerja Lapangan.
b.      Berusaha untuk menjadikan tempat PKL sebagai tempat menambah wawasan baru yang bermamfaat.
c.       Disamping kita lebih mengetahui pengetahuan yang berhubungan secara teknik tetapi kita juga dapat menyeimbangkannya dengan hubungan sosial seperti kerja sama dengan para pegawai di tempat Praktek kerja Lapangan tersebut.
d.      Mahasiswa dapat menanyakan mengenai hal-hal yang belum dimengerti kepada para pegawai yang berada di kantor GAW Bukit Kototabang. Proses saling tanya jawab tersebut akan meningkatkan hubungan sosial yang baik antara mahasiswa PKL dengan para pegawai di GAW Bukit Kototabang.
Dengan demikian, maka akan menambah pengetahuan mahasiswa PKL baik dibidang wawasan dan ilmu pengetahuan maupun dibidang sosial.
4.      Membentuk Perilaku Positif Bagi Para Mahasiswa Melalui Penyesuaian Diri Dengan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan lingkungan nyata yang akan dihadapi oleh mahasiswa setelah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Setiap mahasiswa akan mendapati lingkungan baru yang sangat berbeda dengan lingkungan di dunia pendidikan. Permasalahan tersebut tentu akan menyulitkan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut. Perilaku-perilaku negatif akan timbul saat bekerja di suatu instansi yang baru ditemui. Seseorang akan sangat mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan dengan kerja yang baru tersebut, seperti mengalami kebosanan, sulit berkomunikasi dengan para pegawai maupun atasan, dan lainnya sebagainya. Hal tersebut dapat menghambat kinerja dan karir seseorang di dalam perusahaan tempat dia bekerja.
Untuk menangulangi hal-hal tersebut tentu kita harus mengantisipasinya dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan mengikuti Praktek  Kerja Lapangan (PKL) di suatu instansi yang dapat mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan  serta menunjang penyesuaian diri untuk bekerja di lingkungan kerja yang lebih nyata.
B.     Metode Khusus
1.       Belajar Melaporkan Hasil Pengamatan Yang Dilakukan Di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang merupakan stasiun pemantau yang berfungsi untuk melakukan pengamatan mengenai pengukuran gas rumah kaca, pengukuran parameter kualitas udara, dan pengukuran fisis atmosfer. Hasil pengamatan yang telah dilakukan akan di olah dan di analisa oleh peneliti muda yang ada di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang. Setelah proses analisa data telah dilakukan maka hasil yang didapatkan akan di laporkan melalui web www.gaw-kototabang.com. Hasil pengamatan tersebut dapat kita akses dengan mengunjungi halaman web tersebut.
Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang juga melakukan pengamatan yaitu mengenai pengukuran parameter kualitas udara PM10 dengan menggunakan instrumen BAM1020. Hasil pengamatan ini juga akan di olah dan di analisis oleh mahasiswa yang dibantu oleh peneliti muda di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang. Setelah melakukan analisa data, maka hasilnya akan di tulis dalam sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan yang telah mendapat bimbingan, baik dari peneliti muda di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang maupun dari dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Perguruan Tinggi.
2.      Mengetahui Konsentrasi Aerosol PM10 dan Kualitas Udara Pada Bulan Mei-Juni 2014 di GAW Bukit Kototabang  Menggunakan BAM2010.
Aerosol PM10 merupakan partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik < 10 mikron. Dengan ukuran tebu yang sangat kecil ini dapat dengan mudah terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru-paru. Konsentrasi Aerosol yang berlebihan dan diatas baku mutu kualitas udara akan merusak kualitas udara. Udara yang tidak bersih akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pada pernapasan.
Pengukuran parameter kualitas udara sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi parameter kualitas udara tersebut. Pengukuran yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang ini menggunakan instrumen BAM1020. Hasil yang terukur oleh BAM1020 akan ditampilkan pada layar monitor yang telah dihubungkan dengan BAM1020. Hasil tersebut secara otomatis akan tersimpan pada komputer sehingga untuk menampilkan hasil pengukurannya kita harus mendownload terlebih dahulu data yang tersimpan tersebut. Data yang dihasilkan merupakan data per detik yang bisa dikonversikan ke data jam-jaman dan harian serta bulanan.
Data yang telah kita download, akan kita analisa hasil konsentrasinya. Konsentrasi aerosol yang terhitung akan diolah dan dianalisa menggunakan polt grafi pada exel. Hasil analisa konsentrasi aerosol tersebut akan kita bandingkan dengan ISPU(indeks standar pencemaran udara). Jika konsentrasi aerosol melebihi standar ISPU maka bisa dikatakan bahwa kualitas udara pada saat itu berada dalam keadaan tidak baik. Informasi ini sangat berguna sekali bagi masyarakat karena dengan adanya informasi ini maka masyarakat dapat mengetahui bahwa kualitas udara di suatu daerah bisa dikatakan dalam keadaan baik atau tidak.












BAB IV
ANALISA KONSENTRASI  AEROSOL PM10 UNTUK MENENTUKAN KUALITAS UDARA PADA BULAN MEI-JUNI 2014 DIBUKIT KOTO TABANG MENGGUNAKAN BAM1020
A.    Tinjauan Kondisi Ril
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) bukit koto tabang terletak di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Secara geografis, berada pada 0,20 dan 100,32dengan 864,5 meter dpl .

116_1684
Gambar 3. Pulau Sumatra (kiri), kawasan Bukit Kototabang (kanan), GAW Bukit Kototabang(bawah)
Stasiun GAW Bukit Kototabang berada di antara hutan hujan tropis dan jauh dari permukiman. Sehingga pengaruh dari adanya udara emisi pada data sangat kecil. Data yang digunakan untuk penelitian pada nilai ISPU adalah data dari udara ambien. Penelitian pengamatan ISPU dilakukan pada parameter kimia kualitas udara yaitu Aerosol PM₁₀.
B.     Kualitas Udara
Secara umum, kualitas udara diukur dengan mengamati apakah konsentrasi parameter pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah daripada Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Pemerintah menetapkan nilai ISPU untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan masyarakat. Walaupun pemerintah telah menetapkan ISPU, ada beberapa kelompok orang yang masih rentan terhadap pencemaran udara, seperti anak-anak, lansia, penderita penyakit paru-paru dan jantung, yang akan terpengaruh oleh pencemaran udara lebih dahulu walaupun konsentrasi pencemaran udara yang terukur masih lebih rendah daripada ISPU. Ada 5 komponen pencemar udara yang dimasukkan dalam ISPU, yaitu: karbon monoksida (CO), ozon permukaan (O3), aerosol PM10, oksida nitrogen (NOx), dan sulfur dioksida (SO2).
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk H2O dan karbon dioksida (CO2).  Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992). Krupa (1997) mengatakan bahwa polusi udara merupakan unsur-unsur pokok bahan kimia yang ditambahkan pada atmosfir melalui aktivitas manusia sehingga menghasilkan konsentrasi bahan kimia yang tinggi di atas permukaan tanah.
Pencemaran dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti industri, transportasi,perkantoran dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut memberikan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kejadian alam, seperti gunung meletus,kebakaran dan lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara adalah salah satu komponen yang mempengaruhi pencemaran lingkungan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak berfungsi sesuai peruntukkannya.
Ancaman serius lain dari aktivitas manusia berkaitan dengan kondisi udara adalah pemanasan global. Gas yang paling banyak berperan dalam pemanasan global adalah CO2 yang banyak dikeluarkan oleh asap industri, kendaraan motor dan kebakaran hutan. Menumpuknya CO2 dapat menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan lapisan atmosfer menjadi bertambah panas. Apabila panas lapisan atmosfer semakin meningkat akan menyebabkan melelehnya lapisan es dikutub. Hal ini akan menggangu keseimbangan ekosistem, diantaranya terjadi peningkatan permukaan air laut.
Menurut Zaini (2008), polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama. Contoh sederhana adalah pembakaran mesin diesel yang dapat menghasilkan partikulat (PM), nitrogen oksida, dan precursor ozon yang semuanya merupakan polutan berbahaya. Polutan yang ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat.
C.    Parameter Pencemaran Udara.
Ada 5 komponen pencemar udara yang dimasukkan dalam ISPU, yaitu: karbon monoksida (CO), ozon permukaan (O3), aerosol PM10, oksida nitrogen (NOx), dan sulfur dioksida (SO2).
1.      Karbon Monoksida (CO)
a)      Sifat fisika dan kimia CO
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

b)     Sumber dan Distribusi CO
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus.
c)      Dampak CO terhadap kesehatan
Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah peripheral.
2.      Ozon Permukaan
a)      Sifat Fisik Dan Kimia O3
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik.
b)     Sumber Dan Distribusi O3
Yang dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran selama sehari dan dari suatu
tempat ketempat lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat jumlah perjam per hari, perminggu, per musim atau per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang berguna untuk melaporkan sejauh mana Ozon menjadi masalah.
c)      Dampak O3 Terhadap Kesehatan
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari.
3.      Nitrogen Dioksida (NO2)
a)      Sifat Fisika Dan Kimia NO2
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
b)     Sumber Dan Distribusi NO2
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
c)      Dampak NO2 Terhadap Kesehatan
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
4.      Sulfur Dioksida (SO2)
a)      Sifat Fisika Dan Kimia SO2
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
b)     Sumber Dan Distribusi SO2
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.
Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
c)      Dampak SO2 Terhadap Kesehatan
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
5.      Partikel Debu
a)      Sifat Fisika Dan Kimia Partikel Debu
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake.
Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal
tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
b)     Sumber Dan Distribusi Partikel Debu
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosolkompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu  bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.


c)      Dampak Partikel Debu Terhadap Kesehatan
Jika dikaitkan dengan bahan pencemar udara, debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1-25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog. Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik (Slamet,2000) Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai  partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah  partikel halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak.
Polutan berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah satu komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat diklasifikasikan menjadi 3; yaitu coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 μm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran.
Partikel seukuran ini dapat masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru (trakheobronkial); sedangkan fine PM (<2,5 μm) dan ultrafine (<0,1 μm) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan dapat dengan mudah terdeposit dalam unit terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistemik. Klasifikasi berdasar ukuran ini juga terkait dengan akibat buruk partikel tersebut terhadap kesehatan. Kadar baku mutu kadar debu dan partikulat menurut Environmental Protection Agency (EPA), dan Peraturan Pemerintah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3. Baku mutu kadar debu dan partikulat
Polutan

Satuan
Baku Mutu
Waktu Pengambilan Sampel
EPA
Kep.Gub. DKI No. 551/2001
PM10


μg/Nm3
150

150

24 jam
PM2,5



μg/Nm3
65
65
24 jam
Dustfall(debu jatuh)
ton/km2/bulan
-
10
30 jam
Debu(TSP)



μg/Nm3
260
230
24 jam

D.      Insrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur konsentrasi Pm10 adalah BAM 1020. Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip pelemahan partikel beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita filter yang terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa.

Gambar 3. BAM 1020


E.  Metodelogi Penelitian
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang menggunakan instrumen yang dinamakan BAM1020 untuk mengamati variabilitas PM10 di udara ambien.  Instrumen ini bekerja berdasarkan prinsip pelemahan partikel beta yang melalui materi padatan yang dikumpulkan dalam pita filter yang terbuat dari fiber. Materi padatan yang terkumpul dalam filter fiber tidak lain adalah PM10 dalam satu volume udara ambien yang dihisap oleh pompa.
Pelemahan spesifik fluks partikel beta oleh materi padatan yang terkumpul dalam pita filter fiber sebanding dengan massa padatan tersebut. Selanjutnya massa yang telah terdeteksi oleh pelemahan partikel beta dibagi oleh volume udara yang yang terkumpul selama 1 jam sampel menghasilkan konsentrasi PM10 yang terkandung dalam satu volume udara ambien. Kerena salah satu tujuan pengamatan variabilitas PM10 dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat kualitas udara maka data keluaran istrumen berupa konsentrasi PM10 rerata per jam dirubah ke dalam bentuk data rerata harian disesuaikan dengan kriteria kualitas udara untuk parameter PM10 yang berbasis rerata harian.
Data berbasis harian ini selanjutnya dipadukan dengan indeks ISPU dan baku mutu udara nasional seperti yang ditetapkan PP No.41 Tahun 1999 untuk mendapat gambaran tingkat kualitas udara di udara latar Bukit Kototabang.




F.   Hasil dan Pembahasan
1.      Konsentrasi harian PM10 pada bulan mei-juni 2014
Konsentrasi PM10 yang terukur pada pada bulan mei 2014 dapat terlihat pada gambar 4.
Gambar 4.Konsentrasi harian PM10 pada bulan juni 2014
Konsentrasi PM10 yang terukur pada pada bulan juni 2014 dapat terlihat pada gambar 5.
Gambar 5. Konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan juni 2014
Perbandingan konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan mei-juni 2014 dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Perbandingan konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan mei-juni 2014.
Dari data aerosol PM10 pada bulan mei-juni 2014 dapat pula diketahui bahwa tidak ada konsentrasi PM10  yang melewati nilai baku mutu udara nasional. Seluruh konsentrasi harian PM10 Bukit Kototabang tercatat dibawah nilai baku mutu udara nasional untuk Aerosol PM10, yaitu 0,150 mg/m3.
Jika konsentrasi PM10 yang terukur pada bulan mei-juni 2014 dikaitkan dengan kategori kualitas udara menurut kriteria ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara), maka seluruh data pengamatan rerata harian bulan mei-juni  2014 masuk dalam kategori baik dengan lebih dari 50% konsentrasi rerata harian terbanyak ada pada rentang 10 – 20 µg/m3. Maka dapat dikatakan bahwa kualitas udara pada bulan mei-juni 2014 berada dalam keadaan baik menurut data hasil pengamatan aerosol PM10.
2.      Perbandingan Konsentrasi  Aerosol PM10 dengan SPM (HVAS) pada bulan mei-juni 2014
Perbandingan konsentrasi  aerosol pm10 dengan berat spm (hvas) pada bulan mei-juni 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
 
Gambar. Konsentrasi Aerosol pM10 pada tanggal 3,9,15,21,27 mei dan 2,8,26 juni 2014.
Gambar 7. Konsentrasi Aerosol pM10 pada tanggal 3,9,15,21,27 mei dan 2,8,26 juni 2014.
Grafik perbandingan antara konsentrasi PM10 dan beart TSP pada bulan mei-juni 2014 dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. perbandingan antara konsentrasi PM10 dan beart TSP pada bulan mei-juni 2014.
Konsentrasi aerosol berdasarkan berat TSP (HVAS) cenderung lebih besar dari kondisi aerosol PM10. Hal ini disebabkan karena pada berat TSP yang diukur merupakan berat keseluruhan aerosol baik yang berukuran kecil maupun yang berukuran besar. Sedangkan untuk konsentrasi aerosol PM10 hanya mengukur aerosol yang berukuran kecil yaitu kecil dari 10 μm.





BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan perbandingan antara nilai konsentrasi  aerosol pm10 dengan nilai spm (hvas) pada bulan mei-juni 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Konsentrasi harian PM10 masih di dibawah nilai baku mutu udara nasional untuk Aerosol PM10, sedangkan menurut kriteria ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) konsentrasi harian PM10 masuk kategori baik.
  2. Konsentrasi aerosol berdasarkan berat TSP (HVAS) cenderung lebih besar dari kondisi aerosol PM10. Hal ini disebabkan karena pada berat TSP yang diukur merupakan berat keseluruhan aerosol baik yang berukuran kecil maupun yang berukuran besar.
  3. Konsentrasi rata – rata PM10 pada bulan mei 2014 sebesar 0,013 mg/m3. sedangkan Konsentrasi rata – rata PM10 pada bulan juni 2014 sebesar 0,015  mg/m3.
B.     Saran
Analisa pengukuran aerosol PM10 ini merupakan hasil pengukuran yang telah di konversikan ke data harian. Disarankan melihat juga perbandingan data jam-jamannya.

KEPUSTAKAAN
Herizal, Y. Andri, dan C. Siregar. 2007. Konsentrasi Aerososl PM10 Bukit   Kototabang Periode Oktober – November 2007. Buletin Volume I 2007 Bukit Kototabang. Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta : Andi Offset, Yogyakarta.
Y. Andri. 2013. Pengukuran Konsentrasi Aerosol Pm10 Di Bukit     Kototabang Tahun 2013. Buletin Volume I 2013 Bukit Kototabang. Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang.